Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang Jadi Masjid Nasional

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikramo

Palembang, IDN Times - Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) I Jayo Wikramo adalah icon kota yang tepat berada di titik nol Kota Palembang. Makanya, ketika ada orang dari daerah lain masuk ke Palembang, tak lengkap kalau belum menginjakkan kaki di masjid yang didirikan sejak tahun 1738 itu.   

Sedikit berkisah, bahwa sebelumnya nama masjid tersebut hanya Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin, belum ada penambahan I Jaya Wikramo. Nah, beberapa bulan terakhir, barulah nama masjid itu dilengkapi menjadi Masjid SMB I Jaya Wikramo.

 Kok bisa ditambah?

"Penamaan masjid semula Masjid SMB menjadi Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo, lebih karena untuk meluruskan nilai-nilai sejarah. Untuk menunjukkan identitas Masjid Agung," kata Pengelola Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo, Syukri Mascik Azhari kepada IDN Times.

1. SMB I Jayo Wikramo adalah orang pertama meletakkan batu pembangunan masjid

Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang Jadi Masjid NasionalIDN Times/Feny Maulia Agustin

Syukri mengungkapkan, berdasarkan sejarah nama SMB pada masjid, karena Sultan Mahmud Badaruddin adalah seorang yang meletakkan batu pertama pada bangunan masjid.

"Semua keturunan Sultan Mahmud Badaruddin mengurus dan mengelola (Masjid Agung), bahkan ada lebih dari satu sultan, sampai 10 sultan membangun masjid. Tapi yang pertama meletakkan batu adalah SMB I Jayo Wikramo," ungkapnya.

2. Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam dan keturunannya

Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang Jadi Masjid NasionalIDN Times/Feny Maulia Agustin

Walau usia Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo sudah ratusan tahun, namun bangunannya tetap berdiri kokoh. Masjid ini tidak pernah sepi dari jemaah yang datang silih berganti untuk salat dan singgah. Bahkan beberapa pengunjung terlihat ada yang terkesima dengan keunikan bangunan di setiap sisi dari masjid tersebut.

Bangunan asli Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo ini berbentuk bujuk sangkar, dengan atap limas bersusun, ditambah ornamen berundak berwarna emas yang disebut dengan mustaka. Atap masjid ini berdiri dua tingkat, seperti kepala dan tubuh yang terpisah oleh leher.

"Tiap berundak punya jurai (atap) kelompok simbar atau tanduk kambing, yang dipasang sebanyak 13 buah di setiap sisi. Kalau pertama masuk dari sisi Timur Selatan maupun Utara, pengunjung bisa melihat gerbang serambi masuk, yang merupakan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam dan keturunannya. Dulunya masjid ini berada di sisi Utara Istana Kesultanan Palembang atau di belakang Benteng Kuto Besak (BKB) dan berdekatan dengan aliran Sungai Musi,"  terang Syukri.

3. Usai peperangan sekitar tahun 1821, Masjid Agung SMB I Jaya Wikramo kembali dipugar

Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang Jadi Masjid NasionalIDN Times/Feny Maulia Agustin

Syukri melanjutkan, setelah dibangun masjid utama, pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamuddin dibangun kembali menara masjid yang berada di lokasi terpisah dari bangunan utama. Menara masjid ini berbentuk segi enam, dengan tinggi mencapai 20 meter.

Menara ini menyerupai kelenteng, dengan bentuk atap menara melengkung pada bagian ujung. Kemudian, memiliki teras berpagar yang mengelilingi bangunan menara. Perbaikan dan pemugaran terus dilakukan akibat dampak dari peperangan besar yang terjadi di Kota Palembang pada tahun 1821.

"Masjid Agung juga mendapatkan tanah wakaf, jadi setelah itu dilakukan perluasan menjadi 5 hektare dengan daya tampung mencapai 7.750 jemaah," katanya, seraya menambahkan, menara baru masjid kembali dibangun dengan ketinggian mencapai 45 meter mendampingi menara asli yang bergaya Tiongkok.

Baca Juga: 10 Tempat Wisata Palembang yang Sayang Kamu Lewatkan

4. Usai renovasi terakhir tahun 2003, Masjid Agung Palembang ditetapkan menjadi Masjid Nasional

Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang Jadi Masjid NasionalIDN Times/Feny Maulia Agustin

Seiring perkembangan, masjid yang berlokasi di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang itu, terus direnovasi agar lebih banyak menampung jemaah. 

"Bangunan masjid asli atau utama Masjid Agung terletak di tengah bangunan, yang di sanggah tiang kayu. Berbentuk seperti bangunan Kelenteng dan hanya berukuran 1.080 m persegi, cukup menampung jemaah 1.200 orang. Arsitek dari bangunan Masjid Agung ini dulunya mengolaborasikan gaya Tiongkok, Eropa dan Indonesia," ujarnya.

"Dari awal berdiri memang banyak penambahan ornamen, mulai dari atap, penambahan tinggi menara dan perluasan bangunan. Renovasi pertama pada tahun 1758 dan beberapa tahun rutin terus dibangun, sampai pasa akhirnya renovasi terakhir pada tahun 2003. Jadi luas keseluruhan areal masjid mencapai sekitar 15.400 meter persegi," tandasnya.

Pada tahun 2003 atau usai renovasi terakhir, Masjid Agung Palembang ditetapkan menjadi masjid nasional dan warisan budaya masa lalu. Masjid ini pun dilindungi oleh Undang-Undang karena termasuk sebagai Cagar Budaya. Kini, Masjid Agung Palembang pun ditetapkan sebagai objek vital nasional bidang kebudayaan dan pariwisata.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya