Kampung Kapitan, Peninggalan Kapten Tjoa di Palembang yang Terlupakan

Kurang tersentuh perhatian pemerintah dan pihak swasta

Palembang, IDN Times - Sebenarnya ada begitu banyak alternatif destinasi wisata di Kota Palembang. Kalau selama ini Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak (BKB), selalu menjadi tujuan utama para pelancong, maka sebaiknya harus menyinggahi tempat lain yang punya nilai cerita berbeda.

Seperti di kawasan Kampung Kapitan, yang lokasinya tak jauh dari Jembatan Ampera dan termasuk dalam destinasi pesona SriwijayaSumatera Selatan (Sumsel). Hanya karena keberadaan Kampung Kapitan ini di tengah kota, membuat spot wisata sejarah ini cenderung terlupakan sebagai kawasan wisata.

Nah, kali ini IDN Times akan berbagi tentang sejarah Kampung Kapitan, yang tak lain merupakan satu lokasi menetapnya etnis Tionghoa di Palembang. Berada di Jalan KH Azhari, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Palembang, untuk menuju ke sana bisa melalui jalan darat atau menggunakan transportasi air yakni ketek (perahu kecil) dari sisi Sungai Musi di Benteng Kuto Besak (BKB). Apalagi, tiket masuknya hanya dikenakan Rp5000/orang. 

1. Sebagai markas dan tempat peristirahatan para pelayar asal Tionghoa

Kampung Kapitan, Peninggalan Kapten Tjoa di Palembang yang TerlupakanKampung Kapitan 7 Ulu Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Saat menapaki kaki ke kawasan Kampung Kapitan, IDN Times berkesempatan ngobrol bareng dengan hulubalang Kampung Kapitan, bernama Karim. Menurut cerita Karim, kampung ini sudah ada dan dibangun pada sekitar tahun 1644, yang memang dihuni oleh etnis Tionghoa. Makanya, Kampung Kapitan ini hanya dipenuhi pengunjung, ketika datangnya momen imlek dan hari baik bagi suku Tionghoa.

"Sejarahnya, Kampung Kapitan ini dijadikan sebagai markas dan tempat peristirahatan oleh para pelayar asal Tiongkok, yang melakukan bisnis perdagangan dengan kerajaan Sriwijaya. Karena dari awal pemiliknya adalah etnis Tiongkok, maka hingga sekarang lokasi ini ramai dikunjungi waktu Imlek, Cap Go Meh dan waktu sembahyang keturunan Tionghoa," ujar dia.

2. Bangunan kokoh yang berdiri lebih dari 300 tahun diluas lahan 1 hektare

Kampung Kapitan, Peninggalan Kapten Tjoa di Palembang yang TerlupakanKampung Kapitan 7 Ulu Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Dari sejumlah cerita, terang Karim, Kampung Kapitan merupakan rumah dari seorang Kapitan atau kapten kapal bernama Tjoa Ham Ling. Seiring berjalannya waktu, keturunan Tjoa Ham Ling akhirnya hidup dan menetap di Kampung Kapitan. Bahkan, hingga saat ini keturunannya sudah pada generasi ke-13.

Dalam kawasan seluas 1 hektare (ha) yang berdiri kokoh bangunan selama 300 tahun tersebut, ada tiga rumah di lingkungan Kampung Kapitan ini, yang punya fungsi masing-masing.

Pertama rumah khusus tempat ibadah, rumah penyimpanan abu dan terakhir rumah untuk tempat tinggal. Tiap rumah berjenis limas itu, memiliki panjang 59 meter dengan lebar sekitar 25 meter. Kompaknya lagi, tiap rumah memiliki empat kamar besar dan dua kamar kecil. Warna merah khas Tionghoa pun sangat lekat mendominasi interior dalam rumah. Warna tersebut dipercaya sebagai lambang keberuntungan. 

"Dalam rumah itu masih ada abu-abu leluhur, sebagai warisan dan penghargaan setiap keturunan agar bisa selalu didoakan. Tapi tidak seluruh leluhur, karena ada abu yang dibuang ke laut dan ada juga yang dikubur di pemakaman," terang dia.

3. Warga setempat bangun masjid diantara rumah Kapitan, di halaman depan ada bangunan pagoda pemberian Menteri Kebudayaan Taiwan

Kampung Kapitan, Peninggalan Kapten Tjoa di Palembang yang TerlupakanKampung Kapitan 7 Ulu Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Karim menuturkan, para keturunan Tjoa Ham Ling juga sudah banyak yang merantau dan tidak lagi tinggal di Kampung Kapitan. Jadi wajar saja, kalau kondisi dari rumah-rumah Kapitan itu tampak sepi. 

"Tinggal lukisan tangan dari generasi pertama yang asli dipajang, kalau keturunan yang masih tinggal di sini ya generasi ke-13. Tapi mereka juga sering tidak ada, karena keluarga sudah banyak dimana-mana ada yang dari Jakarta dan daerah lain, ke sini untuk mengecek dan melihat perawatan. Saat ini yang tinggal juga lagi berlibur," tutur dia.

Nah, karena Kampung Kapitan ini sudah berdampingan dengan pemukiman warga, maka si pemilik mengizinkan warga setempat untuk membangun masjid, yang berada di antara rumah bersejarah tersebut. 

"Kalau di halaman depan rumah ini ada bangunan pagoda. Itu pemberian dari Menteri Kebudayaan Taiwan dari bangsa Xiang Chu Tiongkok, sebagai apresiasi penghargaan terhadap leluhur suku Tionghoa,"  sambung dia.

Baca Juga: 10 Tempat Wisata di Palembang, Hits dan Instagramable Banget!

4. Kurang diperhatikan pemerintah dan tak didukung pihak swasta

Kampung Kapitan, Peninggalan Kapten Tjoa di Palembang yang TerlupakanKampung Kapitan 7 Ulu Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Dengan usai yang sudah tiga abad lebih itu, jelas Karim, pemerintah melalui Menteri Kebudayaan RI baru menetapkan kawasan Kampung Kapitan sebagai lokasi wisata sejarah pada 2015 lalu.

Resmi menyandang sebuah lokasi wisata, tidak membuat Kampung Kapitan menjadi sebuah destinasi unggulan. Karena, untuk biaya perawatannya saja, tak lebih dari hanya mengandalkan dari uang tiket masuk.

"Dibantu dari tiket masuk dan dari keturunannya. Karena pemerintah kurang membantu pengelolaan dan promosi. Begitu juga pihak swasta yang punya CSR yang tidak banyak memberi dukungan," jelas dia.

Pernah, ungkap Karim, ada orang yang berani membeli kawasan Kampung Kapitan tersebut, yang sudah menawarkan aset itu dengan harga yang fantastis miliaran rupiah. Hanya saja, si pemilik Kampung Kapitan tidak ingin menjualnya.

"Kata si pemiliki ini sebagai bukti bahwa masyarakat Tionghoa dari suku Tjoa sempat memimpin di wilayah Seberang Ulu Palembang," ungkap dia.

Meskipun tak banyak mengalami renovasi dan pembangunan besar, kawasan Kampung Kapitan tetap terlihat kokoh, itu karena sebagian rumah telah dicat ulang. Walaupun di beberapa bagian di belakang rumah sudah ada yang rapuh. 

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya