Kenapa Manusia Bisa Merasa Jijik? Ini Fakta Ilmiahnya!

Ternyata, perasaan jijik tersebut ada penjelasannya

Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Ia memiliki rentang perasaan yang luas. Salah satunya adalah rasa jijik. Perlu diketahui, bukan hanya manusia yang memiliki rasa jijik. Hewan pun juga punya. 

Contohnya, saat kamu melihat serangga, kebanyakan akan menjauh seraya berkata, "IHH!!" Hewan pun juga sama. Berikan durian pada seekor kucing, maka kucing itu akan membuat ekspresi seperti ingin muntah.

Namun, kenapa manusia bisa merasakan jijik? Mari kita telusuri perasaan yang tidak mengenakkan satu ini.

1. Apa itu rasa jijik?

Kenapa Manusia Bisa Merasa Jijik? Ini Fakta Ilmiahnya!ilustrasi mual jijik (Pexels/Andrea Piacquadio)

Seperti namanya, perasaan jijik adalah perasaan yang muncul saat seseorang melihat hal yang membuat mereka "muak". Saat kamu melihat sesuatu yang menjijikkan, kamu tidak diajari dari kecil untuk merasa jijik. Kamu memang otomatis merasa jijik.

Dalam bukunya yang berjudul "Yuck!: The Nature and Moral Significance of Disgust",  asisten profesor jurusan filosofi di Purdue University, Daniel Kelly, memaparkan bahwa perasaan jijik lebih dari sekadar perasaan fisik, melainkan tanda peringatan emosi.

Bau yang menyengat seperti sampah atau makanan busuk atau pemandangan yang tidak mengenakkan mata akan langsung membuat perutmu bergejolak seperti ingin keluar

2. Rasa yang melindungi

Kenapa Manusia Bisa Merasa Jijik? Ini Fakta Ilmiahnya!ilustrasi jijik terhadap makanan (Pexels/Engin Akyurt)

Terlepas dari perasaan yang tidak mengenakkan, rasa jijik sebenarnya adalah sesuatu yang turun-temurun dirasakan oleh manusia saat merasa terancam oleh sesuatu. Sama seperti rasa takut yang dirancang oleh leluhur kita di zaman dahulu, rasa jijik juga melindungi kita dari hal-hal yang berbahaya.

"Jika rasa jijik membuat kita waspada akan hal yang membuat kita sakit, mengapa kita tidak serta-merta jijik terhadap makanan cepat saji? Kan tidak sehat?"

Itu dikarenakan rasa jijik hanya berlaku pada sesuatu yang bahayanya dapat kita rasakan dalam waktu singkat.

Contohnya, saat kita mencium bau susu basi atau telur busuk, kita langsung membuangnya, kan? Tidak ada yang ingin memakannya. Kenapa? Karena kita tahu, jika kita memakannya, kita akan berakhir di ruang UGD.

Namun, hal itu tidak membatalkan pertanyaan tadi. Saat kamu keracunan makanan yang kebetulan dari restoran cepat saji, kamu tidak akan mau memakannya lagi, kan? Hal itulah yang dilakukan oleh rasa jijik.

Perasaan jijik itu akan berevolusi untuk terus melindungi kamu.

3. Konsep jijik yang universal

Kenapa Manusia Bisa Merasa Jijik? Ini Fakta Ilmiahnya!ilustrasi jijik (Pexels/Karolina Grabowska)

Tak ada manusia di dunia ini yang lepas dari rasa jijik (kecuali jika kamu adalah penderita penyakit Huntington yang merampas rasa jijikmu).

Namun, jangan kira dunia memiliki cara yang berbeda untuk mengekspresikan rasa jijik. Ternyata, tak peduli ras, suku, agama, atau warna kulit, manusia memiliki ekspresi yang sama kalau jijik.

Ekspresi jijik sudah diteliti oleh penggagas teori evolusi, Charles Darwin, dalam karyanya "The Expression of Emotions in Man and Animals". Darwin kemudian menemukan tiga hal: pertama, rasa jijik dapat dipicu oleh banyak hal; kedua, rasa jijik dialami oleh semua orang, dan ketiga, kebudayaan seseorang memengaruhi rasa jijik.

Betul saja, memang kebudayaan seseorang memengaruhi konsep kejijikannya. Sebagai contoh, orang Belanda jijik pada orang gendut dan orang India jijik pada makanan yang disajikan oleh wanita yang sedang menstruasi.

Mengenai ekspresi, kelihatannya dunia berbagi ekspresi yang sama. Dahi yang mengernyit, mulut yang seperti ingin muntah, dan terkadang lidah yang terjulur keluar adalah ekspresi universal yang ditunjukkan orang-orang dari seluruh belahan dunia saat melihat sesuatu yang menjijikkan.

Profesor Paul Elkman dari University of California, menyatakan kalau tak peduli bahasa ibu seseorang, kata "yuck" atau "Ewh" adalah ungkapan universal di seluruh dunia untuk menyatakan rasa jijik.

4. Mekanisme rasa jijik

Kenapa Manusia Bisa Merasa Jijik? Ini Fakta Ilmiahnya!ilustrasi jijik (Pexels/Cottonbro)

Karena perasaan jijik adalah sebuah perasaan, hal itu tidak memasukkannya ke kategori kognitif atau psikologis, terlepas faktor psikologis yang mendampinginya. Berbeda dari rasa marah atau takut yang membuat jantungmu berdebar-debar, rasa jijik malah memperlambat detak jantungmu!

Saat kamu merasa jijik, kamu merasakan sekilas rasa pusing dan mual, kan? Seperti ada sesuatu yang salah di perutmu? Hal itu normal. Secara ilmiah, hal itu dikarenakan elemen psikologis pada rasa jijik sama seperti rasa marah yang menggejolakkan sistem pencernaanmu.

Melalui pencitraan MRI, saat manusia merasa jijik, ada satu bagian pada otak yang memainkan perannya: anterior insular cortex. Bagian otak ini mengatur perasaan manusia termasuk perasaan jijik. Oleh karena itu, jika bagian ini rusak, manusia hanya bisa merasa apatis dan tidak dapat membedakan mana makanan yang layak dimakan atau sudah busuk.

5. Apakah rasa jijik dapat disembuhkan?

Kenapa Manusia Bisa Merasa Jijik? Ini Fakta Ilmiahnya!ilustrasi mengganti popok (Pexels/Helena Lopes)

Pertanyaan ini sama seperti:

"Apa rasa takut itu bisa disembuhkan?"

Tentu saja bisa. Namun pertanyaan sebenarnya adalah:

"Apakah rasa jijik itu perlu disembuhkan?"

Seperti yang dikatakan pada poin sebelumnya, rasa jijik adalah benteng pertahanan terdepan tubuhmu saat menghadapi hal-hal yang bisa membawa penyakit seperti bangkai, mayat, atau dahak atau ingus flu. Itu sangat normal dan malah dibutuhkan.

Namun, jika kamu bersikukuh menanyakannya, ya, jawabannya adalah "Bisa". Sebagai contoh, jika kamu adalah seseorang yang takut pada mayat awalnya, lalu kamu mendaftar ke sekolah kedokteran, kamu sudah pasti harus menghadapi mayat hari ganti hari. Jika kamu sudah terbiasa bekerja dengan mayat, rasa jijik itu lama kelamaan pudar.

Contoh lain adalah orang tua yang baru memiliki momongan. Pada saat pertama, ia akan merasa jijik dengan popok yang ternoda oleh tinja sang bayi. Itu bulan pertama. Jika sudah 12 bulan? 14 bulan? Si orang tua sudah merasa terbiasa.

Namun, apakah hal itu akan membuat mereka tidak merasa jijik pada tinja anak lain? Tentu saja, tetap merasa jijik.

Nah, itulah serba-serbi perasaan jijik pada manusia. Jika kamu tidak ingin merasa jijik, bercerminlah pada penderita penyakit Huntington. Bukan hanya jijik, perasaan mereka yang lain juga dirampas. Dengan kata lain, berterimakasihlah pada rasa jijik, karena selama ini, dialah malaikat pelindungmu yang tak bersayap dan berupa.

Baca Juga: Seperti Apa sih Rasa Daging Manusia? Secara Ilmiah Bisa Dijelaskan!

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya