[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang Petahana

Kotak kosong di OKU diyakininya bakal menang 50+1 Persen

Palembang, IDN Times - Mantan Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel sekaligus mantan Bupati Ogan Komering Ulu (OKU), Edi Yusuf, menggalang kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020.

Edi yang sempat dikabarkan akan maju dalam pilkada OKU, ternyata batal mencalonkan diri usai seluruh partai politik merapat ke calon Bupati petahana, Kuryana Azis dan Johan Anuar.

Edi Yusuf mengatakan, dirinya menggalang kotak kosong sebagai upaya demokratis untuk mengkoordinasi pendukungnya yang menginginkan perubahan di OKU. Meski dirinya menggagas alur pemilihan kotak kosong, Edi menilai kampanye kotak kosong murni gerakan rakyat yang ingin ada perubahan.

"Saya pikir masyarakat sudah satu pemahaman tidak akan golput pada pilkada ini. Saya tidak mengajari mereka memilih kotak kosong, atau koordinasikan mereka harus bagaimana. Saya tidak ada modal, mereka bergerak sendiri dengan kelompoknya," ujar Edi Yusuf, Rabu (9/11/2020).

Lebih jauh, inilah wawancara IDN Times dengan Edi Yusuf terkait gerakan kotak kosong yang telah dideklarasikannya pada 7-8 September 2020 lalu.

Banyak desas-desus sebelum pilkada Pak Edi akan ikut pertarungan politik, sempat diisukan maju lewat jalur independen dan diusung dua parpol, kenapa kepikiran menjadi Bupati lagi?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaIlustrasi pilkada serentak (IDN Times/Mardya Shakti)

Ini sebenarnya datang dari kawan di OKU tahun 2019 lalu. Mereka menyuruh saya maju lagi. Setelah itu saya kembali ke OKU tepatnya tiga bulan lalu, mereka datang dari dusun-dusun.

Saya sebelumnya menjabat sebagai Bupati tahun 2003-2005 menggantikan pak Syahrial Oesman. Lalu maju lagi lewat pemilihan langsung dan menjadi Bupati 2005-2008. Baru tiga tahun, saya tinggalkan untuk menjadi Wagub Sumsel periode 2008-2013.

Ternyata mereka menyuruh saya maju itu karena ada putusan MK yang membolehkan maju dari Wagub ke Bupati. Sejatinya saya sudah lama pensiun, karena keinginan masyarakat apa boleh buat.

Bagaimana relawan meminta Anda menjadi Bupati lagi, apa yang disampaikan mereka?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaIlustrasi pilkada serentak (IDN Times/Mardya Shakti)

Saya tuh dari dulu sama masyarakat tidak ada jarak. Mereka meminta saya untuk maju, karena saat masih menjabat saya suka keliling. Mereka melihat hubungan pemimpin dan rakyat ini hilang, terutama setelah saya tidak menjabat Bupati pada 2008. Kebetulan pengganti saya tidak sama dengan gayanya, jadi mereka merasa kehilangan.

Ketika saya tak bisa maju karena tidak ada partai, saya anggap itu jadi bagian idealisme yang tidak tercapai, tidak ada yang bisa kita salahkan.

Kotak kosong di OKU mulai saat ini identik dengan sosok Edi Yusuf. Masyarakat mulai berkampanye memilih kotak kosong yang berarti memilih Edi Yusuf. Bagaimana Anda menanggapinya?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaMetode Kampanye Pilkada 2020 saat pandemik COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Sejak tanggal 6 September pukul 00.00 malam sudah tidak ada langkah maju dari partai. Besoknya saya berpikir, sudahlah kita menatap ke depan jangan sampai pendukung saya jadi anarkis karena tidak punya tempat aspirasi.

Saya beri masukan ke mereka agar tetap menjalankan idealisnya masing-masing. Kotak kosong bukan berarti tidak dapat memilih, tetap bisa lewat gambar kosong di surat suara. Harapan kita mereka tidak melakukan tindakan anarkis, itu saja.

Kotak kosong ini memang awal dari gerakan pendukung saya dan saat ini dukungannya meluas, saya pun awalnya minta survei dulu jangan sampai salah bicara. Ternyata dukungan meluap untuk kotak kosong, ini tanpa kampanye.

Bahkan rumah saya di OKU jadi basis kotak kosong. Memang dari awal rumah itu sudah dibangun saat jadi Wakil Bupati.

Apa Anda yakin, jika hanya ada satu calon tunggal bakal terjadi aksi anarkis?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaTahapan-tahapan dalam Pilkada 2020. (IDN Times/Sukma Shakti)

Intinya, kotak kosong ini jadi aspirasi masyarakat jangan sampai mereka menjadi liar dan anarkis. Dengan memilih kotak kosong mereka dilindungi undang-undang. Saat ini silakan masyarakat memilih petahana atau kotak kosong.

Mereka yang mendukung kotak kosong ini bahkan datang dari dusun-dusun di OKU. Mereka hadir ke rumah membawa tandan pisang, ubi dan hasil bumi lainnya untuk mendukung.

Apakah kotak kosong bisa memenangkan pilkada dan Anda akan maju kembali?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaMantan Wagub Sumsel 2008-2013, Edi Yusuf galang kotak kosong di Pilkada OKU (IDN Times/Rangga Erfizal)

Harapan kita kotak kosong akan selesai dengan kemenangan 50+1, bisa-bisa petahana 'tegalau' dalam bahasa dusun sini. Jika kotak kosong menang, kita lihat nanti perkembangan dan peraturannya.

Sejauh ini, relawan kotak kosong sudah tercatat ada sekitar 5.300 orang. Secara tidak sadar setiap waktu bertambah. Padahal tidak dikoordinasikan. Ada relawan yang ingin bikin id card sendiri, baju sendiri, bahkan ingin mengawal menjadi saksi saat pemilihan nanti. Saya juga terkejut sampai segitunya mereka mau mengawal.

Dengan bergabungnya seluruh parpol mendukung petahana, apakah dukungan ke kotak kosong sebagai ungkapan sakit hati?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaIlustrasi Pilkada Serentak 2020 (IDN Times/Arief Rahmat)

Masyarakat bisa menilai sendiri bagaimana OKU saat ini. Kotak kosong hadir bukan karena kita sakit hati tak bisa maju, bukan begitu. Karena dalam politik tidak ada sakit hati.

Namun dalam politik juga tidak ada namanya mati langkah. Ibaratkan main catur, meski sudah skak ster harus ada jalan. Efektifnya kampanye kotak kosong dapat dilakukan bulan Oktober dan November.

Baca Juga: Jadi Kandidat Paling Disukai, Panca Ungguli Ilyas di Survei Pilkada OI

Dari dukungan logistik, paslon petahana sangat diunggulkan. Bagaimana strategi Anda memenangkan kotak kosong?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaSimulasi Pilkada Serentak 2020 (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)

Walaupun dia petahana, saya puyang petahana jadi tidak masalah. Kita gunakan kekuatan rakyat untuk memenangkan pilkada, kekuatan rakyat lebih dari uang. Kita mulai lakukan kampanye door to door lalu aktif di media sosial.

Masyarakat sudah satu ide tidak akan golput dan lebih memilih kotak kosong. Mereka bergerak sendiri dengan kelompoknya, tidak ada saya ajari.

Anda sudah merasakan jadi Wakil Bupati, lalu terpilih sebagai Bupati dan terakhir Wakil Gubernur Sumsel. Apa tidak merasa turun kelas saat diminta masyarakat menjadi Bupati lagi?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaIlustrasi kotak suara. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Bagi saya tidak ada kelas, tapi ada kebutuhan masyarakat. Memang kalau dilihat dan hitung-hitungannya turun kelas. Apalagi meninggalkan melepas Bupati OKU sebelum jabatan selesai.

Ini murni permintaan masyarakat. Mereka membandingkan bagaimana masa saya memimpin dulu. Saat saya terakhir memimpin, anggaran kabupaten OKU mencapai Rp525 miliar tapi setiap pembangunan jelas. Sekarang petahana sudah tahun ke-7 menjabat, tapi tidak ada yang dijalankan dengan anggaran Rp1,6 Triliun.

Baca Juga: Kuryana-Johan Berpotensi Lawan Kotak Kosong di Pilkada OKU

Dengan adanya calon tunggal, bagaimana kaderisasi anak muda di OKU? Apakah ini menjadi pertanda OKU kekurangan kader muda?

[WANSUS] Bekas Wagub Sumsel Kampanye Kotak Kosong: Aku Puyang PetahanaMantan Wagub Sumsel 2008-2013, Edi Yusuf galang kotak kosong di Pilkada OKU (IDN Times/Rangga Erfizal)

Kendalanya bukan karena kita kekurangan kaderisasi terhadap generasi muda. Kader di OKU itu banyak, tapi untuk muncul di permukaan sedikit susah. Mereka harus punya persyaratan politik.

Nah ini yang berat, partai mana yang mau mengangkat. Ketika mau muncul, persyaratan politiknya yang bikin sulit. Mereka terkendala hal itu, sehingga membuat malas untuk maju.

Baca Juga: KPUD OI Terbitkan SK Pencabutan Status Diskualifikasi Ilyas-Endang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya