Sumsel Tambah Dua Satelit Baru untuk Pantau Hotspot dan Firespot
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Provinsi Sumatera Selatan menambah dua satelit pemantau hotspot (titik panas) dan titik api (firespot) yang digunakan sebagai pendeteksi dini pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Seluruh satelit tersebut telah memantau 1.868 titik panas di Sumsel sepanjang Januari hingga Juni 2020.
"Tahun ini kita menambah dua satelit, sehingga totalnya ada lima, di mana tahun sebelumnya kita cuma menggunakan tiga satelit," Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori, Sabtu (27/6).
Adapun satelit yang ada kini adalah Satelit Terra dan Aqua, dengan sensor MODIS; Satelit SNPP dengan sensornya VIIRS; Satelit NOAA20; dan Satelit Landsat 82 dengan sensor multispektral band.
Baca Juga: KLHK Waspadai Potensi Ledakan Karhutla di Agustus-September
1. Titik hotspot terbanyak ada di Kabupaten OKI
Selama pemantauan di semester pertama 2020, Ansori mengatakan, jumlah titik panas terbanyak terjadi di bulan Maret berjumlah 475 titik yang mana sebagian besarnya berada di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)--tempat Karhutla terbesar di Sumsel pada tahun 2019 lalu. Sedangkan pada Juni ini terpantau ada 252 titik panas yang terjadi.
Sumsel juga menjadi wilayah lahan terbakar paling besar pada 2019 lalu sebanyak 328.457 hektare (Ha) disusul Kalimantan Tengah, 303,881 Ha, dan Kalimantan Barat 151,070 Ha.
"Jumlah hotspot yang muncul sebanyak 1.868 titik itu akumulasi dari 5 satelit yang ada," ujar dia.
2. Firespot di Sumsel belum banyak
Di sisi lain, pihaknya juga sudah memetakan 10 kabupaten/kota yang memiliki potensi terbakar pada tahun 2020. Dia tidak menampik kondisi musim hujan yang panjang mengakibatkan lahan masih basah. Tetapi itu tidak bisa menjadi patokan untuk mengatakan tidak akan ada karhutla pada tahun ini.
"Firespot di Sumsel belum banyak karena lahan kita masih basah dan hujan juga masih ada. Kalau pun ada tingkat kerawanannya masih rendah," ungkap dia.
3. Empat pesawat sudah disiagakan
Pihaknya pula telah membentuk posko dan menetapkan personel serta membuat hujan buatan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai langkah pencegahan awal.
"Dalam waktu dekat kami nanti menggelar apel persiapan pasukan. Kita telah siapkan dua helikopter water bombing, satu helikopter patroli dan satu pesawat caravan," kata dia.
Baca Juga: Di Tengah Pandemik COVID-19, Jokowi Ingatkan Antisipasi soal Karhutla