Sumsel Diguyur Hujan Saat Kemarau, Ini Penyebab Ilmiahnya

Stasiun Klimatologi petakan potensi banjir setelah kemarau

Palembang, IDN Times - Hujan lebat mengguyur beberapa daerah di Sumatra Selatan dalam tiga hari terakhir, meski sedang memasuki puncak musim kemarau. Menurut Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan di musim kemarau terjadi lantaran pergerakan cuaca yang mengakibatkan pasokan uap air di udara meningkat.

"Hujan dalam beberapa hari terakhir dikarenakan pasokan uap air bertambah banyak. Hal itu mengakibatkan pertumbuhan awan hujan yang cukup signifikan, diprakirakan terjadi dalam sepekan ini," ungkap Kasi Data dan Informasi dari BMKG SMB II Sumsel, Veronica Shinta Andriyani kepada IDN Times, Rabu (18/8/2021).

1. Faktor MJO dan IDO pengaruhi kemarau 2021

Sumsel Diguyur Hujan Saat Kemarau, Ini Penyebab IlmiahnyaIlustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Menurutnya, hujan ini dipengaruhi gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) secara negatif. IOD menunjukkan suplai uap air dari Samudra Hindia sebelah timur Afrika ke perairan Sumatra.

Sedangkan faktor MJO berperan aktif di Indonesia bagian barat, sehingga ada sirkulasi angin tertutup di perairan Barat Sumatra dan konvergensi di wilayah timur Sumsel.

"Namun jika faktor penggerak cuaca tersebut atau yang lainnya tidak aktif lagi, maka kita akan kembali ke periode musim kemarau," ujar dia.

Baca Juga: Sumsel Masuk Musim Kemarau, BMKG Sebut Suhu Masih Normal

2. Ada gangguan iklim saat kemarau

Sumsel Diguyur Hujan Saat Kemarau, Ini Penyebab IlmiahnyaIlustrasi hujan (IDN Times/Besse Fadhilah)

Menurut Shinta, fenomena hujan di tengah kemarau bisa disebut sebagai gangguan iklim. Hujan turun lebih disebabkan faktor penggerak cuaca lain yang aktif bersamaan sehingga mengganggu pola rutin.

"Hal ini bisa saja terjadi. Misalnya MJO siklusnya sekitar 30-40 hari terjadi. Bisa saja MJO terjadi di periode musim kemarau yang aktif membuat potensi hujan di musim kemarau," jelas dia.

3. Kemarau 2021 normal hingga September

Sumsel Diguyur Hujan Saat Kemarau, Ini Penyebab IlmiahnyaIlustrasi suasana hujan di Jakarta (IDN Times/Besse Fadhilah)

Sementara itu menurut Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas 1 Palembang, Nandang Pangaribowo, iklim Sumsel saat ini sudah memasuki musim kemarau pada Juli-September. Ia memperkirakan musim kemarau akan berjalan normal dari biasanya.

"Memang dengan prakiraan masih akan ada hujan saat kemarau berlangsung hingga akhir September 2021," jelas dia.

4. Daerah dataran rendah dan tinggi diminta mewaspadai tiga bulan ke depan

Sumsel Diguyur Hujan Saat Kemarau, Ini Penyebab IlmiahnyaPetugas mengevakuasi warga menggunakan perahu karet saat banjir di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2/2021). Banjir yang terjadi akibat curah hujan tinggi serta drainase yang buruk membuat kawasan Kemang banjir setinggi 1,5 meter (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Stasiun Klimatologi Kelas 1 Palembang mengimbau beberapa daerah, baik dataran tinggi dan rendah, agar mewaspadai potensi banjir. Klimatologi memperkirakan ada potensi banjir di Sumsel dalam tiga bulan mendatang. Salah satu penyebabnya adalah hujan di saat musim kemarau.

Pada September 2021 nanti, pihaknya mengingatkan ada potensi banjir menengah di Lahat, Musi Rawas (Mura), Ogan Komering Ulu (OKU) dan OKU Selatan. Sedangkan daerah potensi rendah Banyuasin, Empat Lawang, Palembang, Prabumulih, Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin, Mura , Muratara, Ogan Ilir (OI), Ogan Komering Ilir (OKI), OKU, OKU Timur, OKU Selatan, dan Pali.

Lalu untuk di Oktober 2021 ada dua daerah yang diprakirakan berpotensi banjir dengan tingkat potensi tinggi, seperti Lahat dan Empat Lawang. Untuk potensi sedang didominasi Banyuasin, Empat Lawang, Palembang, Prabumulih, Lahat, Muara Enim, Muba, Mura, Muratara, OI, OKI, OKU, OKU Timur, OKU Selatan dan Pali.

Sedangkan daerah dengan potensi banjir rendah pada Oktober 2021 adalah Banyuasin, Muba, Mura, Palembang, Muara Enim, OI, OKU, OKI, OKU Timur dan Pali.

Pada November 2021, Klimatologi Palembang mencatat Lahat dan OKU Selatan berpotensi banjir dengan potensi tinggi. Lalu potensi sedang terjadi di Banyuasin, Empat Lawang, Prabumulih, Palembang, Lahat, Muara Enim, Muba, Mura, Muratara, OI, OKI, OKU, OKU Timur dan Pali.

Baca Juga: Terbesar di Sumsel, 141 Ha Lahan di Ogan Ilir Terjadi Karhutla 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya