Perubahan Iklim Berpotensi Akibatkan Sumsel Alami Kekeringan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Dampak perubahan iklim menjadi suatu kenyataan yang tidak terbantahkan. Tiap 10 tahun, hari tanpa hujan (HTH) di Bumi Sriwijaya mengalami peningkatan selama dua hari.
HTH terparah dalam 10 tahun terakhir terjadi pada 2015 lalu selama 90 hari, dan tahun 2019 mencapai 60 hari tanpa hujan. Dampaknya pun secara signifikan memperluas kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
"Hari tanpa hujan ini berpotensi mengakibatkan kekeringan yang meluas di wilayah Sumsel," ungkap Guru Besar Fakultas MIPA dari Universitas Sriwijaya (Unsri), Iskhaq Iskandar, Jumat (12/11/2021).
1. Suhu udara naik dari waktu ke waktu
Iskhaq menjelaskan, cuaca ekstrem yang terjadi akibat aktivitas manusia memicu peningkatan karbon dioksida dan metana. Kondisi ini dipicu oleh penggunaan energi fosil seperti minyak dan batu bara.
Kondisi inilah yang selalu dibahas pemimpin dunia untuk menghentikan penggunaan energi fosil di masa mendatang.
"Jika semakin banyak karbon dioksida dan metana yang terlepas ke udara, lapisan bawah atmosfer yakni troposfer semakin panas," beber dia.
Baca Juga: Waspada Kejadian Alam Rip Current di Laut, BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem
2. Solusi perubahan iklim harus tinggalkan energi fosil
Pelepasan karbon dioksida dan metana ke lapisan atmostfer semakin masif dalam 20 tahun terakhir. Untuk menekan emisi ini, pemerintah Indonesia harus berkomitmen bebaskan emisi pada 2060.
Menekan emisi ini sejalan dengan deforestasi yang juga terjadi di Indonesia. Dengan cara itu, diharapkan pemanasan global dapat dicegah. "Karena solusi berbasis alam adalah hal yang paling efektif mencegah pemanasan global," beber dia.
Baca Juga: Musim Hujan Lampung Rawan Terjadi Bencana, Gubernur Beri 6 Atensi
3. Suhu udara di Sumsel naik sekitar 0,4 derajat tiap 10 tahun
Dampak lain dari perubahan iklim yang terjadi di Sumsel di antaranya peningkatan suhu udara dan naiknya tinggi muka air laut. Suhu udara Sumsel saat ini meningkat sekitar 0,4 derajat celsius dalam 10 tahun terakhir.
"Kenaikan suhu udara didapat dari hasil penelitian dan temperatur minimum di Palembang dalam kurun Waktu 1981-2020. Setiap 10 tahun, terlihat ada kenaikan suhu udara di Sumsel sehingga terasa semakin panas," ujar dia.
4. Perubahan iklim akibatkan permukaan air laut di Sumatra naik
Tak sampai di sana, kenaikan suhu udara mengakibatkan lapisan es di Artartika meleleh. Muka air laut naik sekitar 20 sentimeter dalam satu abad terakhir. Suhu udara dalam dua dekade terakhir juga meningkat secara signifikan.
Akibatnya, terjadi kenaikan muka air laut secara global sekitar 20 sentimeter dalam satu abad terakhir, dan sekitar 3,4 milimeter (mm) per tahun dalam dua dekade terakhir.
"Akibatnya, air laut di sepanjang pantai Timur Sumatra naik mencapai 5,4 milimeter per tahun. Perairan Lampung meningkat sekitar 4,15 milimeter," tutup dia.
Baca Juga: Waspada Dehidrasi, Cuaca di Palembang Terasa Lebih Panas