Meraba Misteri Munculnya Harimau Sumatera di Tanah Basemah Sumsel  

Akibat memburuknya habitat dan dugaan aksi perburuan

Palembang, IDN Times -Publik Sumatera Selatan (Sumsel) terkhusus Kota Pagaralam dan Lahat, beberapa hari belakangan ini masih mengkhawatirkan munculnya harimau yang masuk pemukiman penduduk.

Terlebih, kemunculan Harimau Sumatera itu sudah menyebabkan satu warga meninggal dunia dan dua orang mengalami luka cakar. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel mencatat, binatang buas itu sudah sekitar 13 kali menampakkan diri, baik yang dilihat langsung masyarakat maupun yang hanya terdengar raungannya oleh warga.

"Petugas kita masih di lapangan untuk memastikan lokasi penyerangan yang terjadi di kawasan hutan lindung atau bukan," ungkap Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat BKSDA Sumsel, Martialis Puspito, Rabu (4/12).

1. Warga Dusun Pematang Bango pernah saksikan anak harimau di area Tugu Harimau

Meraba Misteri Munculnya Harimau Sumatera di Tanah Basemah Sumsel  Jejak tapak kaki binatang buas yang diduga Harimau Sumatera, yang ditemukan warga di Kampung 4 kaki Gunung Dempo, Pagaralam, beberapa waktu lalu/IDN Times/Istimewa

Puspito menjelaskan, jawaban logis dari munculnya penguasa hutan tersebut, karena mereka sedang terdesak, mencari anaknya atau pun sedang musim kawin. 

"Warga Dusun Pematang Bango, Desa Curup Gare, Kecamatan Pagaralam Utara punya kesaksian melihat anak harimau seukuran anjing, dari jarak 10 meter dengan jejak berdiameter 7 cm. Kondisi itu menunjukkan bahwa kemunculan harimau di Tugu Rimau dan Gunung Dempo pada kantong Bukit Dingin, diduga kuat sedang mencari sesuatu karena harimau itu berjalan dengan meraung," jelas dia.

2. Kemunculan anak harimau diduga akibat dari aksi perburuan

Meraba Misteri Munculnya Harimau Sumatera di Tanah Basemah Sumsel  flickr.com

Puspito menilai, kemunculan anak harimau itu diduga akibat dari aksi perburuan terhadap anak Harimau Sumatera. Sebab, biasanya anak harimau tidak berada jauh dari induknya. Kepastian dari kabar itu, terlihat dari bukti adanya tiga anak harimau yang terpisah. Pihaknya menduga, ketiga anak harimau itu memiliki induk berbeda dari wilayah yang berbeda pula.

"Saat ini petugas terus menyosialisasikan ke masyarakat untuk waspada. Kalau melihat harimau sebaiknya jangan dilukai. Kami juga mengecek lokasi untuk memastikan lokasi penyerangan. Kita pasang jebakan kamera untuk melihat pergerakan harimau tersebut," jelas dia.

3. Aktivitas manusia di kawasan hutan lindung diduga mengganggu habitat harimau

Meraba Misteri Munculnya Harimau Sumatera di Tanah Basemah Sumsel  Kaki dari Marta Rulani Bin Alfian (24) warga Desa Tebat Benawa, Kecamatan Dempo Selatan, Pagaralam, yang diterkam harimau saat lagi di kebun kopi, Senin (2/12)/IDN Times/Istimewa

Kemudian, terang Puspito, dugaan lain juga muncul karena kawasan hutan lindung dan kawasan perkebunan warga yang berdekatan, sehingga berdampak pada terganggunya habitat kawanan hewan di dalam hutan.

"Aktivitas manusia dalam kawasan hutan lindung, ada risiko menimbulkan interaksi dengan harimau. Sudah tentu aktivitas manusia dalam kawasan hutan lindung berdampak degradasi kawasan, yang menjadi habitat harimau," terang dia.

Baca Juga: Lagi Berkebun, Harimau Sebesar Sapi Serang Petani Kopi di Pagaralam 

4. BKSDA Sumsel menilai kemungkinan munculnya harimau akibat kondisi habitat yang memburuk

Meraba Misteri Munculnya Harimau Sumatera di Tanah Basemah Sumsel  Ilustrasi Harimau (Joshua Lee/Unsplash)

Sementara, Kepala BKSDA Sumsel, Genman Hasibuan mengatakan, ketika ada korban meninggal akibat serangan harimau dua pekan lalu, didasari oleh kondisi habitat yang memburuk.

"Ada gangguan di rumahnya. Gangguannya bisa berbagai macam, bisa karena karhutla, illegal logging, perburuan, perambahan, atau membuka lahan baru," kata dia.

Baca Juga: Lagi,Warga Pagaralam Temukan Jejak Tapak Kaki Harimau di Rimba Candi

5. Selama tahun 2019 ada 24 kasus konflik satwa dengan manusia

Meraba Misteri Munculnya Harimau Sumatera di Tanah Basemah Sumsel  Perangkap milik warga untuk menghalau hewan buas di Lahat Sumsel (IDN Times/Istimewa)

Genman melanjutkan, secara rinci kasus konflik satwa dengan manusia selama tahun 2019 ada 24 kasus, yang menyebabkan 6 warga tewas dan 2 luka-luka. Ada 9 korban serangan Harimau Sumatera, 4 serangan Gajah Sumatera, 3 Buaya Muara, 6 konflik dengan Beruang Madu, serta 2 konflik dengan babi hutan.

"Wilayah sebarannya pun ada di Pagaralam, Lahat, Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU), Musi Rawas Utara, dan Empat Lawang," tandas dia.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya