Harga Karet Kembali Turun Usai Bursa Saham Dibuka, Ini Alasannya

Fluktuasi karet diprediksi Rp19.000 hingga Rp20.000 per kilo

Palembang, IDN Times - Harga karet di Sumatra Selatan (Sumsel) pada awal Maret 2021 mengalami penurunan, Selasa (2/3/2021). Dinas Perkebunan (Disbun) mencatat penurunan harga terjadi sebesar Rp2.511, dari sebelumnya Rp24.008 pada Jumat (26/2/2021).

Penurunan harga komoditas ekspor Sumsel terjadi karena enam faktor, salah satunya spekulan di Pasar Berjangka Internasional. Pelaku bursa harus menutup kontrak pada 26 Februari 2021 di harga terakhir.

"Hal inilah yang dimanfaatkan para spekulan menaikkan harga hingga Rp2.515 per kilogram di hari terakhir bursa saham. Makanya mulai kemarin kembali turun ke harga normal," ungkap Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Disbun Sumsel, Rudi Arpian, Selasa (2/3/2021). 

1. Pasar berjangka tidak mencerminkan harga pasar

Harga Karet Kembali Turun Usai Bursa Saham Dibuka, Ini AlasannyaBuruh tani memanen getah karet. Buruh tersebut mendapatkan upah 50 persen dari hasil penjualan getah yang dipanen. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Menurut Rudi, tata cara perdagangan cenderung tidak mencerminkan harga yang sebenarnya, hingga akhirnya menciptakan sentimen sesaat di Pasar Berjangka Internasional.

Disbun Sumsel masih memantau pergerakan harga karet normal pasca kenaikan harga minyak dunia yang mencatatkan tren kenaikan. Sejauh ini, harga kadar karet kering (KKK) kualitas 100 persen diperkirakan mengalami fluktuasi berkisar Rp19.000 hingga Rp21.000.

"Kita lihat harga di minggu pertama Maret ini, mudah-mudahan harga tetap bertahan di keseimbangan baru," ujar dia.

Baca Juga: Gapkindo Sumsel Sumringah, Februari 2021 Harga Karet Naik 100 Persen 

2. Faktor lain memengaruhi kenaikan harga karet

Harga Karet Kembali Turun Usai Bursa Saham Dibuka, Ini AlasannyaBuruh tani memanen getah karet. Buruh tersebut mendapatkan upah 50 persen dari hasil penjualan getah yang dipanen. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Meski harga kembali turun saat ini, namun pasaran masih mematok cukup tinggi. Menurutnya, faktor yang memengaruhi fluktuasi harga karet di pasar internasional yaitu nilai tukar mata uang regional terhadap dolar AS. Apabila penguatan kurs dolar AS menjatuhkan nilai tukar mata uang lain, maka akan berpengaruh terhadap harga karet.

Selanjutnya, penggunaan karet sintetis sebagai kompetitor karet alam juga memengaruhi supply and demand karet di pasar internasional. Lalu perkembangan industri otomotif dan ban, faktor cuaca, dan hama penyakit.

"Berapa wilayah di sebelah utara khatulistiwa seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia, serta sebagian provinsi di Indonesia seperti Sumut, Sumbar, dan Riau, memasuki musim gugur daun. Biasanya gugur daun ini terjadi antara Februari hingga April, hal ini menambah turunnya pasokan karet global," jelas dia.

3. Masa kenaikan harga karet tidak dapat diperkirakan

Harga Karet Kembali Turun Usai Bursa Saham Dibuka, Ini AlasannyaSeorang petani karet tengah melakukan penyadapan karet (IDN Times/Rangga Erfizal)

Secara keseluruhan, kondisi seperti sekarang ini punya momentum cukup kuat. Namun Rudy mengungkapkan, pihaknya tak bisa memprediksi sampai kapan harga karet bisa bertahan antara Rp19.000 hingga Rp21.000 per kilogram.

"Sampai kapan kenaikan ini dapat terjadi tidak dapat diprediksi, karena faktor nilai tukar rupiah pun dapat mengakibatkan harga menjadi naik atau turun kembali," tutup dia.

Baca Juga: Harga Karet Tembus Rp20.453, Petani Sumsel Girang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya