Deforestasi Marak di Sumsel, 37.170 Ha Hutan Rusak Sepanjang 2019-2020

Dikhawatirkann konflik manusia-harimau terulang lagi

Palembang, IDN Times - Hutan Kita Institute (HaKI) mencatat kejadian deforestasi, atau penggundulan hutan di Sumatra Selatan (Sumsel) sepanjang 2019-2020 mencapai 37.170 hektare.

Kondisi itu disebabkan banyak hal, yakni pembukaan lahan baru untuk infrastruktur, pertanian dan perkebunan, pembalakan liar, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Seharusnya ini jadi perhatian pemerintah, untuk dilindungi, tetapi justru mengalami deforestasi," ungkap Direktur Eksekutif HaKi, Aidil Fitri, Kamis (7/1/2021).

1. Penegakkan hukum terhadap penggundulan hutan dianggap lemah

Deforestasi Marak di Sumsel, 37.170 Ha Hutan Rusak Sepanjang 2019-2020ANTARA FOTO/Satgas Karhutla

Aidil menuturkan, penggundulan hutan banyak terjadi di delapan kabupaten. Wilayah paling luas terjadi di Banyuasin hingga 21.954 hektar (ha), diikuti Musi Banyuasin seluas 9.976 ha, Muara Enim seluas 2.038 ha, Ogan Komering Ilir (OKI) seluas 1.724 ha, Ogan Komering Ulu (OKU) 766 ha, OKU Selatan 576 ha, OKU Timur 81 ha dan Lahat mencapai seluas 55 ha.

"Ini membuktikan kurangnya pengawasan dan lemahnya penegakan hukum," jelas dia.

Baca Juga: 20 Persen Kawasan Mangrove Sumsel Rusak Akibat Alih Fungsi Hutan 

2. Jalur tambang akan merusak satu-satunya hutan alami Sumsel

Deforestasi Marak di Sumsel, 37.170 Ha Hutan Rusak Sepanjang 2019-2020ilustrasi/ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Sejak keluar surat keputusan (SK) Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, kawasan hutan harapan di Sungai Lalan yang berbatasan dengan Jambi, akan disulap jadi jalan tambang.

HaKi mencatat kawasan hutan harapan adalah wilayah konsesi yang sejauh ini masih tidak terjamah dengan kualitas hutan cukup baik. Kondisi tersebut harus direlakan jika pembangunan terus berjalan.

"Akibatnya nanti terhadap bencana ekologi dan konflik masyarakat, karena di sana masih ada suku anak dalam," jelas dia.

Baca Juga: Jalan Tol Penghubung Sumsel-Jambi Bakal Dibangun Terowongan Harimau

3. Konflik manusia dengan binatang buas akan terus terjadi

Deforestasi Marak di Sumsel, 37.170 Ha Hutan Rusak Sepanjang 2019-2020Direktur Walhi Sumsel, Hairul Sobri (IDN Times/Rangga Erfizal)

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel, Hairul Sobri menuturkan, banyak terjadi konflik agraria dan bencana ekologi sepanjang tahun 2020. Kondisi tersebut tidak hanya berdampak terhadap manusia lewat bencana, namun juga satwa liar di dalam hutan.

Berkaca dari kemunculan harimau Sumatra tahun 2019 lalu yang disebabkan kerusakan ekologi hutan, sehingga binatang buas tersebut kesulitan mencari makan dan menampakkan diri di pemukiman warga.

"Alam itu tidak bisa protes, tapi dia melakukan tindakan menegur manusia yang seharusnya penting untuk dijaga," tutup dia.

Baca Juga: Munculnya Harimau Sumatera Jadi Alasan Lesunya Wisata Pagaralam 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya