Abu Hasil Karhutla Kotori Rumah Warga, Udara di Palembang Berbahaya

Sejumlah lahan di kabupaten/kota masih terus terbakar

Palembang, IDN Times -Warga Palembang tak bisa berbuat banyak, kecuali hanya bisa menahan dari tebalnya kabut asap polusi dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terus menyelimuti Kota Palembang beberapa hari ini. 

Karena bukan hanya asap saja, namun abu hasil pembakaran yang berterbangan di udara Kota Palembang, membuat kotor rumah dan semua benda termasuk mobil yang ada di tempat terbuka. Bahkan, hari ini kondisi udara dalam rata-rata harian mencapai angka pada level berbahaya. 

"Ya, hari ini kondisi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Palembang menyentuh level berbahaya, pada angka 391 mikrogram permeter kubik," ungkap Kepala Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP), Reza Wahya, saat dihubungi IDN Times, Rabu (23/10).

1. ISPU di Palembang hari ini sentuh angka pada level berbahaya

Abu Hasil Karhutla Kotori Rumah Warga, Udara di Palembang BerbahayaIDN Times/Sidratul Muntaha

Reza mengungkapkan, kondisi ISPU rata-rata harian Kota Palembang hari ini terburuk dalam sepekan terakhir.

"Hal itu karena pengaruh dari karhutla yang masih terjadi di beberapa wilayah di Sumsel, hingga menyebabkan kondisi tersebut semakin parah. Kondisi ISPU hari ini terburuk dalam beberapa hari terakhir," ungkap dia.

2. BPBD mencatat hotspot yang terpantau mencapai 5.242 titik yang tersebar di 17 kabupaten/kota

Abu Hasil Karhutla Kotori Rumah Warga, Udara di Palembang BerbahayaIDN Times/Rangga Erfizal

Sementara, dari data yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) selama bulan Oktober ini, hotspot terpantau mencapai angka 5.242 titik yang tersebar di 17 Kabupaten/Kota.

"Hotspot dengan sebaran terbanyak ada di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 3.205 titik api. Lalu Musi Banyuasin (Muba) 684 dan Banyuasin 532 titik," ungkap Kepala Bidang Penanggulangan Bencana BPBD Sumsel, Ansori, Rabu (23/10).

Ansori menjelaskan, dari data BPBD yang didapat dari Lapan, jumlah titik api tersebut menjadi yang terbanyak sejak 3 tahun terakhir, atau lebih rendah dari bencana karhutla 2015 lalu, yang mencapai 27.403 titik api.

"Karena pada tahun 2019 ini jumlah titik api mencapai 13.946 titik, dibanding 2018, 2.081 titik. 2017, 1.214 titik, 2016 sebanyak 965 titik. Juli hingga Oktober memang merupakan puncak panas tahun ini," jelas dia.

3. Puncak Kemarau di Sumsel diprediksi berakhir pada Oktober ini

Abu Hasil Karhutla Kotori Rumah Warga, Udara di Palembang BerbahayaIDN Times/Rangga Erfizal

Ansori menerangkan, bahwa puncak musim kemarau tahun ini masuk dari bulan Juli lalu dan diprediksi akan berakhir sampai bulan Oktober ini. Untuk kondisi kabut asap sendiri, sambungnya, akan terasa saat sore hari hingga malam dan pagi hari. Kondisi itu terjadi lantaran karena udara semakin lembab.

Dari pantauan kondisi kabut asap sore ini, terlihat asap sudah mulai turun menyelimuti wilayah Kota Palembang. Hal itu ditandai dengan warna langit kota yang semakin berwarna kekuningan bercampur asap.

Meski demikian, pihaknya terus berupaya untuk melakukan pencegahan dan pengendalian karhutla dengan melakukan water boombing dan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Dari sembilan helikopter yang diterjunkan untuk melakukan water boombing, tercatat sudah dilakukan sebanyak 18.914 kali penyiraman. Sedangkan, TMC telah dilakukan sebanyak 39 kali.

Baca Juga: Palembang Dikepung Asap, Herman Deru: Saya Kaget Kok Sebanyak Ini

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya