Mengenal Sesandingon, Social Distancing ala Orang Rimba di Jambi

Orang Rimba Jambi sudah terapkan sesandingon sejak lama

Jambi, IDNTimes - Bagi Orang Rimba, cerita wabah sudah menjadi bagian dari keseharian mereka. Dengan pola hidup di dalam perkebunan dan hutan dalam sudung (tenda plastik), mereka sangat rentan dengan berbagai penyakit. Dari pola hidup inilah lahir kearifan mereka untuk menghentikan wabah. Caranya adalah dengan sesandingon.

Disampaikan Robert Aritonang, Antropolog KKI Warsi, bersesandingon yaitu memisahkan orang yang sakit dengan orang yang bungaron (sehat). Ketika orang rimba terserang betuk (batuk), selemo (pilek), muntah bingguk (muntaber), cacar air, campok (campak), muntah darah, diare, dan penyakit menular lainnya, dengan cepat komunitas ini membuat pemisah.

"Cara alami yang ditempuh Orang Rimba untuk mengarantina diri dari penularan penyakit," katanya, Kamis (9/4).

1. Bercenenggo, isolasi cara Orang Rimba Jambi

Mengenal Sesandingon, Social Distancing ala Orang Rimba di JambiSudung, tempat tinggal Orang Rimba Jambi/IDN Times/Dokumentasi KKI Warsi

Dikatakannya, orang yang sakit posisinya ketika dipisahkan ini disebut bercenenggo. Dalam aturan sesandingon dan cenenggo ini, tidak hanya berlaku ketika ada penyakit menular. Ketika ada Orang Rimba yang melakukan perjalanan ke luar rimba dan ingin kembali ke keluarganya di rimba juga kena pasal sesandingon.

"Waktunya tiga hari. Aturan ini juga berlaku jika ada tamu datang," katanya.

Orang Rimba akan menunjuk tempat yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah terluar mereka untuk tempat bermukim sementara. Setelah tiga hari, jika tamu tidak sakit, maka diizinkan untuk berkunjung ke kelompok.

Untuk bercenenggo, bisa diputuskan oleh Tumenggung atau atas inisiatif sendiri oleh si sakit.

"Selama sesandingon biasanya dilakukan bersama keluarga intinya," kata Robert.

Anggapannya, keluarga inti juga telah terpapar penyakit dari si orang sakit. Jika belum terlalu sakit dan masih bisa beraktivitas, sudung untuk tempat tinggal akan dibangun keluarga inti. Namun jika sudah tidak mampu, maka dibangunkan anggota kelompoknya.

Baca Juga: Kehidupannya Terancam, Orang Rimba Mengadu ke Pemprov Jambi

2. Orang Rimba terapkan social distancing ketat

Mengenal Sesandingon, Social Distancing ala Orang Rimba di JambiOrang Rimba Jambi/IDN Times/Dokumentasi KKI Warsi

Robert menjelaskan, Sudung yang dibuat biasanya berjarak sekitar 100 meter dari sudung terluar anggota kelompok lainnya. Jalan yang mereka lalui untuk ke tempat bercenenggo ini harus jalan baru, tidak diizinkan melewati jalan yang biasa dilalui anggota kelompok yang bungaron (sehat).

Untuk berkomunikasi dengan keluarga yang sakit ini, Orang Rimba menerapkan sosial distancing ketat.

"Minimal mereka akan berjarak 10 meter," ujarnya.

Cara bicaranya dengan bersesalungon, berbicara jarak jauh dengan intonasi suara keras.
Untuk menjamin pasokan pangan pada anggota kelompok yang sedang sakit, menjadi tanggung jawab Tumenggung dan anggota kelompok yang sehat alias bungaron.

Cara menyerahkannya seperti aturan kesehatan yang berlaku saat ini. Tidak boleh bersentuhan langsung. Makanan diantar ke titik tengah, si pengantar akan bersesalungon, memanggil. Si sakit atau keluarga intinya yang akan mengambil ke titik itu. Tanpa ada pertemuan sama sekali. Aturan lainnya tidak boleh melintasi lokasi tinggal orang yang sehat, tidak boleh mengambil air di pencibukon (sumber air) yang sama dengan dengan yang sehat.

3. Sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang Orang Rimba

Mengenal Sesandingon, Social Distancing ala Orang Rimba di JambiOrang Rimba Jambi/IDN Times/Dokumentasi KKI Warsi

Robert mengatakan, aturan ini sudah dijalankan dan ditaati Orang Rimba sejak zaman nenek moyang mereka, jauh sebelum Undang Undang Karantina Kesehatan dikeluarkan. Relatif tidak ada pelanggaran. Masing-masing pihak yang sesandingon mau pun yang cenenggo sangat menyadari posisi mereka masing-masing.

Aturan adatnya juga sangat jelas, jika ada yang melanggar maka akan diberikan denda adat. Besaran denda ditentukan berdasarkan sidang adat yang dipimpin oleh Tumenggung atau Rerayo yang telah disepakati.

"Dalam kondisi isolasi diri ini, Orang Rimba yang sakit beserta keluarganya akan berupaya menyembuhkan diri," katanya.

Setelah dinyatakan benar-benar sehat oleh perspektif Orang Rimba, maka anggota komunitas ini akan berkumpul kembali seperti semula yang dalam bahasa Orang Rimba disebut terbit. Namun bagi yang tidak beruntung atau meninggal dunia, maka Orang Rimba satu kelompok ini akan berpindah ke lokasi baru. Orang Rimba biasa menyebutnya melangun/belangun.

Kata Robert, proses karantina dan isolasi penyakit yang dilakukan Orang Rimba ini, sejalan dengan praktek penghentian penyebaran virus corona yang saat ini menjadi wabah global. Pemisahan jarak ini diyakini akan membentengi mereka dari wabah penyakit, yang mereka sebut gelaba godong atau wabah besar.

Baca Juga: Orang Rimba Diusir dari Tempat Tinggal Mereka, di Mana Kehadiran Negara?

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya