Santri Korban Penganiayaan di Gontor Sempat Curhat Tak Betah

Albar Mahdi dikenal anak pintar dan juara umum di Gontor 4

Palembang, IDN Times - Sambil menahan tangis karena percaya jika anaknya sudah tiada, Soimah ibu kandung Albar Mahdi tak berhenti menatap foto sembari memeluknya berulang kali.

Soimah mengenang putra sulungnya dengan penuh kerinduan. Ia menceritakan Albar merupakan anak yang santun dan periang. Sebagai anak pertama, Albar begitu mengayomi kedua adik laki-lakinya.

Albar adalah santri Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur (Jatim), yang meninggal dunia karena kasus penganiayaan, Senin (22/8/2022). Dia duduk di kelas 5i atau sederajat dengan kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA).

Baca Juga: Autopsi Santri Gontor Libatkan Tiga Dokter dari Tiga Rumah Sakit

1. Orangtua Albar menginginkan anaknya belajar di Ponpes

Santri Korban Penganiayaan di Gontor Sempat Curhat Tak BetahFoto Albar Mahdi, Santri Gontor yang meninggal dunia akibat kekerasan (IDN Times/Istimewa)

Albar saat kecil sudah menorehkan banyak prestasi. Sisi positif akademik membuat rekan sejawat Albar iri, karena ia terlihat tidak rajin belajar namun mempunyai otak yang cerdas.

Soimah mengatakan, Albar pernah meraih Juara Pidato Bahasa Inggris, Juara Cerdas Cermat, juara kelas, hingga juara sekolah saat di bangku Sekolah Dasar (SD). Sejak kelas 4 SD, Soimah memang sering bercerita tentang kehidupan belajar di pondok pesantren (ponpes) kepada Albar.

"Saya memang ingin Aak (panggilan Albar) menuntut ilmu agama di ponpes," kata dia.

Baca Juga: Pengin Buah Hati Jadi Jenderal, Bayi di Muba Diberi Nama Perdi Sambo

2. Albar Mahdi ingin belajar di Ponpes Gontor 4

Santri Korban Penganiayaan di Gontor Sempat Curhat Tak BetahPrestasi Albar Mahdi (IDN Times/Istimewa)

Setelah Albar lulus SD, ternyata ia mendapatkan jalur prestasi dan bisa memilih sekolah yang diinginkan. Namun ternyata formulir jalur prestasi tersebut tak diisi oleh Albar.

“Saya tanya kenapa formulirnya tidak diisi. Ternyata jawabannya ingin masuk pondok. Saya langsung bersyukur, karena dia akhirnya tertarik belajar di ponpes,” timpalnya.

Albar mengawali pendidikan agamanya di Pesantren Aulia Cendikia Palembang. Soimah menawarkan Albar masuk di Pondok Modern Darussalam Gontor di Jatim.

Albar mulai menyiapkan diri menghadapi seleksi masuk Ponpes Gontor, seperti bimbingan belajar (bimbel) khusus. Saat Albar mendaftar di ponpes, satu keluarga ikut mengantarnya ke Jatim.

“Aak memilih Gontor 4, alasannya karena di sana adem dan dekat dengan Bali. Padahal, saya inginnya dia masuk Gontor 1-2 karena jadi favorit. Tapi dia yakin bisa lulus Gontor 4," ungkap Soimah.

3. Albar Mahdi sempat ingin pulang ke Palembang

Santri Korban Penganiayaan di Gontor Sempat Curhat Tak BetahOrangtua Albar Mahdi mengenang kisah manis bersama anaknya (IDN Times/Istimewa)

Tak disangka, Albar lolos di Pondok Modern Darussalam Gontor 4 di Banyuwangi, Jatim. Saat libur semester 1, ia pulang ke Palembang dan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan bersama keluarga.

“Waktu bersiap-siap pulang ke Gontor, ternyata dia dikabarkan akan dipindahkan ke Gontor 1 karena menjadi juara umum di Gontor 4. Alhamdulillah sekali saat itu, doa saya diijabah," kata Soimah.

Namun Albar sempat berat hati untuk melepaskan pendidikan di Ponpes Gontor 4. Cerita Soimah, ia sedih meninggal Ponpes Gontor 4 karena sudah merasa nyaman di sana.

"Aak bahkan pernah ngomong kalau tidak betah di Ponpes Gontor 1. Aak meniatkan diri pulang ke Palembang," ujarnya.

Namun satu minggu menjalani pendidikan di Ponpes Gontor 1, ternyata Albar merasa nyaman. Apalagi Albar senang karena di sana banyak kantin dengan beragam makanan enak, ditambah ada tempat nongkrong bagi santri.

4. Albar Mahdi dikenal sebagai anak yang pintar dan santai

Santri Korban Penganiayaan di Gontor Sempat Curhat Tak BetahOrangtua Albar Mahdi mengenang kisah manis bersama anaknya (IDN Times/Istimewa)

Bukan hanya Soimah, Rusdi ayah Albar juga banyak mengenang cerita manis anaknya itu. Rusdi ingat betul sosok Albar sebagai anak yang tenang. Albar mampu menahan emosi dan tidak terlalu panik saat menghadapi ujian sekolah.

“Teman-temannya sibuk persiapan ujian sekolah tapi dia malah main PlayStation. Lagi ujian, dia malah tidur di kelas dan keluar justru paling cepat. Teman-temannya heran, dengan gaya yang santai tapi bisa juara 1 di kelas," jelas Rusdi.

Bahkan saat menjalani pendidikan di Ponpes Gontor Jatim, dia diberi bonus menelepon orangtuanya selama 1x24 jam. Bonus itu didapat karena berhasil meraih nilai ujian matematika dengan sempurna, yakni nilai 100.

Sedangkan seluruh temannya di ponpes hanya mendapatkan nilai tertinggi sebesar 98. Hal itulah yang membuat Rusdi dan Soimah begitu bangga dengan anaknya.

“Memang dia autodidak kalau belajar. Anaknya santai pas belajar, tapi bisa juara dan itu yang tidak bisa kami lupakan," tutup dia

Baca Juga: Becak dan Pentungan Dijadikan Barang Bukti Tewasnya Santri Gontor

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya