Pemberian Vaksinasi dan Terima Donor Plasma Konvalesen, Efektif Mana?

Memiliki tujuan sama dengan syarat berbeda

Palembang, IDN Times - Berbagai upaya dilakukan pemerintah pusat maupun daerah untuk mengatasi penyebaran COVID-19. Selain pengadaan vaksinasi, langkah pemberian plasma konvalesen juga difokuskan untuk menekan penularan virus corona.

Namun secara teknis, mana yang paling efektif? Apakah penyuntikan vaksin, atau memberikan donor plasma konvalesen? Berikut IDN Times informasikan.

1. Donor plasma konvalesen sebagai terapi bagi pasien perawatan COVID-19

Pemberian Vaksinasi dan Terima Donor Plasma Konvalesen, Efektif Mana?Ilustrasi donor plasma konvalesen (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Plt Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, dr Fauziah mengatakan, antara vaksinasi COVID-19 dengan donor plasma konvalesen punya tujuan berbeda. Berdasarkan teknis penyuntikan, vaksin ditujukan kepada orang yang belum terinfeksi COVID-19.

Sedangkan donor plasma konvalesen atau plasma darah dilakukan oleh pasien yang telah sembuh dari infeksi COVID-19 atau penyintas COVID-19. Fauziah menilai, donor plasma berpotensi menjadi terapi aman bagi pasien COVID-19 yang sedang dalam proses perawatan.

"Plasma konvalesen adalah plasma darah yang diambil dari pasien COVID-19 yang sudah sembuh, kemudian diproses agar dapat diberikan kepada pasien yang sedang terinfeksi COVID-19 atau masa penanganan," kata dia.

Baca Juga: Efektif Bantu Pasien COVID-19, Begini Syarat Donor Plasma Konvalesen

2. Penderma plasma konvalesen harus negatif COVID-19 setelah dua kali pemeriksaan rapid test dan PCR

Pemberian Vaksinasi dan Terima Donor Plasma Konvalesen, Efektif Mana?Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 saat simulasi pelayanan vaksinasi di Puskesmas Kemaraya, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (18/12/2020). Simulasi tersebut dilaksanakan agar petugas kesehatan mengetahui proses penyuntikan vaksinasi COVID-19 yang direncanakan pada Maret 2021. (ANTARA FOTO/Jojon)

Seseorang wajib pernah terkonfirmasi COVID-19 sebagai melakukan donor plasma konvalesen. Penderma pun harus dalam kondisi prima dan stabil, serta tidak dalam keadaan sakit.

"Poin penting lainnya dia penyintas COVID-19, harus sudah dua kali pemeriksaan rapid test PCR," ujarnya.

Fauzia menjelaskan, sistem donor konvalesen atau plasma dari penyintas diambil melalui darah di dalam tubuh. Setelah didapatkan selanjutnya diteliti, hingga hasilnya akan diberikan kepada pasien COVID-19 yang terinfeksi dengan gejala berat.
 
"Antibodi itu akan disimpan dalam plasma darah orang tersebut. Nah, dari hal itu kita berusaha membantu kalau ada orang yang sedang kena infeksi, sementara orang tersebut belum punya antibodi. Kita bantu dengan memberikan plasma dari orang yang sudah sembuh," jelas dia.

3. Plasma konvalesen dan vaksinasi COVID-19 tidak bisa dibandingkan

Pemberian Vaksinasi dan Terima Donor Plasma Konvalesen, Efektif Mana?Ilustrasi donor plasma konvalesen (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menurut dokter yang akrab disapa Sisi ini, terapi plasma konvalesen tidak bisa dibandingkan dengan vaksin COVID-19. Sebab keduanya memiliki target berbeda dengan masing-masing syarat tertentu.

"Iya plasma ini kan sifatnya memberikan antibodi yang sudah jadi, dari seseorang ke orang lain. Kalau vaksin bermaksud merangsang tubuh kita supaya membentuk antibodi," terangnya.

Sisi melanjutkan, terapi plasma konvalesen justru tidak boleh bila pasien COVID-19 dalam keadaan tingkat sedang atau ringan. Sebab fokus utamanya adalah pasien dengan kondisi tubuh yang sudah mulai menurun.
 
"Syarat terapi plasma konvalesen adalah hal mutlak untuk mendapatkan manfaat maksimal dari jenis pengobatan," tegas dia.

Baca Juga: Ampuh Obati COVID-19, Penyintas Diimbau Sumbang Plasma Konvalesennya

4. Vaksinasi COVID-19 memiliki efektivitas 65 persen

Pemberian Vaksinasi dan Terima Donor Plasma Konvalesen, Efektif Mana?Ilustrasi pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Secara efektivitas masing-masing, vaksin mampu membentuk kekebalan tubuh terhadap COVID-19. Pada tahap pertama, vaksin ditujukan bagi tenaga kesehatan sebagai orang yang paling sering berinteraksi dengan pasien terkonfirmasi virus corona.

Dalam segi edukasi, vaksin COVID-19 bukan berarti pandemik langsung berhenti. Sebab segala sesuatu butuh proses dan evaluasi, termasuk efek samping dari vaksin tersebut. Namun secara tujuan vaksin dapat menjadi benteng pertahanan tubuh.

"Hasil efikasi sementara vaksin sinovac di Indonesia berada di kisaran 65,4 persen. Akan tetapi, BPOM kemarin mengatakan jika vaksin menimbulkan kekebalan terhadap COVID-19," tandas dia.

Baca Juga: Mengapa Tingkat Efikasi Hasil Uji Klinis Vaksin Sinovac Berbeda-beda? 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya