Nah Lho, Ada 4.641 Balita di Palembang Mengalami Kasus Stunting

Hasil dari 60 persen balita yang didata Dinkes Palembang

Palembang, IDN Times - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, Letizia menyatakan, tingkat stunting atau kasus pertumbuhan anak yang terganggu karena kekurangan asupan gizi serta mempengaruhi tingkat kecerdasan, di Palembang berada di angka 25 persen. 

Kalau secara nasional, tingkat stunting bertanda bahaya bisa sudah mencapai angka 30 persen. Dari riset nasional di Indonesia, prevelensi stunting masih pada angka 27,67 persen. Meski demikian, hal ini menjadi masalah yang harus ditangani Pemkot Palembang. 

"Hasil data entri Dinkes Palembang, stunting hanya berada di angka 7,9 persen dari keseluruhan balita yang ada (usia 0-5 tahun)," ujar dia, Selasa (7/1).

1. Penggunaan aplikasi yang berbeda membuat angka kasus stunting nasional dan daerah tidak sama

Nah Lho, Ada 4.641  Balita di Palembang Mengalami Kasus StuntingKantor Dinkes Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes Palembang, Eni Mardiani melanjutkan, perbedaan angka stunting nasional dengan daerah, karena perhitungan persentase tidak menggunakan aplikasi yang sama.

"Kasus stunting Palembang ini berdasarkan data yang terentry (terdata) melalui Aplikasi Elektronik Pencatatan Pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPGBM). Mungkin dari riset nasional pendataan tidak dengan program sama. Makanya, stunting Palembang hanya 7,9 persen," kata dia.

2. Dinkes sebut balita di Palembang yang terdata baru 60 persen

Nah Lho, Ada 4.641  Balita di Palembang Mengalami Kasus StuntingIlustrasi pengukuran tinggi anak dalam pemeriksaan stunting (IDN Times/Departemen Kesehatan)

Sepanjang 2019 secara keseluruhan, papar Eni, Palembang memiliki 113.718 balita dan baru 60 persen yang diperiksa. Dari pemeriksaan kesehatan tersebut, ditemukan 4.641 balita (7,9 persen) yang mengalami kasus stunting.

"Stunting rentan terkena pada usia 0-2 tahun, dan ada 1.075 balita di usia tersebut, kemudian usia 3-5 tahun yang postif stunting ada 2.806 balita. Data ini dari 18 Kecamatan dan diantaranya ada sepuluh wilayah yang tersebar sebagai lokus intervensi stunting," papar dia.

Eni meneruskan, stunting dapat berdampak terhadap anak sejak usia kehamilan dari sang ibu dan ciri-ciri stunting bisa terlihat nyata.

"Maksudnya begini, ibu hamil memiliki lingkar lengan standar sesuai usia kehamilan, apabila tidak mencapai standar tersebut, bisa jadi terdiagnosa bayi terkena stunting," ujar dia.

3. Dinkes Palembang belum mampu selesaikan target pendataan stunting pada 2019

Nah Lho, Ada 4.641  Balita di Palembang Mengalami Kasus StuntingIlustrasi anak dan ibu lakukan pemeriksaan stunting (IDN Times/Dok.Humas Jabar)

Dinkes Palembang sendiri, terang Eni, menargetkan pendataan balita selesai pada akhir 2019. Sayangnya, hingga awal Januari ini masih ada 40 persen lagi balita yang belum ter-entry di data E-PPGBM.

"Karena ada beberapa gangguan jaringan di aplikasi, sehingga kami belum menyelesaikan target entry. Padahal, tadinya tahun ini 2019 harus selesai, tapi sebelum 2020 berakhir pasti kelar,"  terang dia.

Sebenarnya kasus stunting ini, sambung dia, mampu ditangani segera dengan mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

"Pada waktu ini, orangtua harus benar-benar memperhatikan gizi anak. Sebab bila di waktu ini gizi kronis secara terus menerus, bisa menjadi stunting," ujar dia.

Baca Juga: Kasus Stunting di Sumsel Sama dengan Nasional, Ini Respons Herman Deru

4. Pemkot Palembang baru fokus tangani stunting pada 2018 lalu

Nah Lho, Ada 4.641  Balita di Palembang Mengalami Kasus StuntingKabid Kesehatan Masyarakat Eni Mardiani (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Eni menuturkan, pendataan stunting ini diupdate dalam jangka waktu tiga tahun sekali, dan Palembang baru fokus sejak 2018 lalu. Untuk itu, pihaknya mengupayakan penurunan angka stunting dengan melakukan berbagai program.

"Stunting yang kita khawatirkan itu anak jadi kerdil dan bodoh. Sebagai bentuk antisipasi, para remaja putri kami beri tablet penambah darah, yang dilakukan di sekolah-sekolah SMP-SMA, serta ibu hamil yang kita deteksi puskesmas dan posyandu," tandas dia.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya