Kampung Cempaka Palembang, dari Pemukiman Kumuh Menuju Istana Negara

Satu-satunya wakil Sumatera di Festival Gapura Cinta Negeri

Palembang, IDN Times - Gapura yang berada di Kampung Cempaka di Gang Masjid, Jalan Batu Nilam,  Kelurahan 26 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang, ternyata bisa masuk dalam 10 besar nasional pada lomba Festival Gapura Cinta Negeri.

Hebatnya, Kampung Cempaka ini menjadi satu-satunya peserta dari Pulau Sumatera yang lolos menuju Istana. Nantinya, perwakilan dari Wong Kito ini bakal memperebutkan juara umum dan favorit.

Saat melepas 39 warga Kampung Cempaka ke Istana Negara RI di Rumah Dinas Wali Kota Palembang, Camat Bukit Kecil, Ahmad Furqon, tampak terharu hingga meneteskan air mata. 

Betapa tidak, karena sebelumnya kampung warna warni tersebut hanya sebatas dijadikan kampung percontohan. Terlebih, Kampung Cempaka ini merupakan kawasan kumuh yang didiami masyarakat yang kurang peduli lingkungan. 

"Awalnya Kampung Cempaka ini pernah ikut lomba Kampung Asian Games pada 2018. Tapi, sebelum itu tempat kami ini bisa dikatakan kumuh, berantakan dan sampah berserakan. Seiring waktu, dengan terus paparan sosialisasi untuk memperbaiki kampung, lambat laun ada perubahan. Bermula jadi juara dua Kampung Asian Games, sampai akhirnya ada pembinaan untuk warga yang sekarang Alhamdulillah ada support dari Pemprov Sumsel dan Pemkot Palembang," kata Furqon, saat bercerita dengan IDN Times, Sabtu (31/8).

1. Masjid Al-Ikmal menjadi awal pemersatu warga Kampung Cempaka

Kampung Cempaka Palembang, dari Pemukiman Kumuh Menuju Istana NegaraIDN Times/Feny Maulia Agustin

Furqon menceritakan, prestasi yang membanggakan warga ini seolah tidak pernah bakal terjadi. Berkaca dari beberapa tahun lalu, Kampung Cempaka ini jauh dari kata bersih.

"Ya tidak pernah menyangka bisa terjadi, karena dulunya saya sebagai camat, antar RT pun tidak akur, kemudian di got-got banyak sampah. Bahkan kampung kami ini dulunya disebut rawan, karena ada beberapa warganya preman," jelasnya.

Bisa menjadi seperti ini, jelas Furqon, tak lain karena warga bisa bekerja sama dan gotong royong. Pihaknya sendiri terus berusaha dengan mengumpulkan masyarakat secara rutin, kemudian memberi contoh untuk saling koordinasi membangun kampung.

"Ketika Pemkot Palembang menerapkan salat subuh berjemaah, kami pun pelan-pelan rutin melaksanakan salat zuhur dan asar bersama. Dari sinilah, semua kreativitas dan kebersamaan muncul. Dibalik keberhasilan ini, Masjid Al-Ikmal sebagai tempat pemersatu warga. Memang, saat-saat pertama untuk menyadarkan mereka untuk bisa merawat kampung sangat sulit," jelas pria berusia 36 tahun itu.

2. Usaha sang camat menyadarkan warganya yang penuh tantangan membuahkan hasil

Kampung Cempaka Palembang, dari Pemukiman Kumuh Menuju Istana NegaraIDN Times/Feny Maulia Agustin

Furqon  mengungkapkan, informasi yang mereka dapat dari tim penilai lomba Festival Gapura Cinta Negeri, terpilihnya Gapura Kampung Cempaka Palembang, karena ada kerja sama yang dibangun dan menonjolkan ciri khas Palembang.

"Poin utamanya, karena kami membangun semua ini dari awal, bukan tiba-tiba sudah bagus. Bahkan, ada warga yang sempat merobohkan gapura ini, lantaran tidak setuju dengan pembangunannya. Warga juga merekam proses pembangunan gapura dari nol, hingga selesai," ungkapnya.

Sambil menitikkan air mata haru, Furqon menuturkan, bukan hal yang mudah untuk menyatukan warga di Kampung Cempaka yang memiliki beragam sifat ini. Dia bersama tokoh masyarakat setempat, Mahgodi, hingga melakukan hal-hal yang gila agar warga mereka sadar.

"Seperti ketika ada banyak sampah bertumpuk, akhirnya kami menciptakan alat menjepit sampah dan kami namai Capung Afdion, yang artinya capit pemungut sampah Ahmad Furqon Mahgodi dan Seno. Masalah Capung Afdion ini bakal direncanakan lagi untuk hak paten. Sekarang warga kami pun sudah membuatnya untuk dijual," tuturnya.

"Awalnya saya bilang, bagaimana cara membuang sampah tanpa membatalkan wudu. Capung Afdion ini menjadi jawaban. Dlu warga membuang sampah sembarangan, tanaman yang ada sampai kering, karena tidak adanya kepedulian menyiram. Sampai saya sendiri harus buang sampah tanpa ada bantuan. Memang betul, usaha untuk mencontohkan dan menciptakan menjadi keberhasilan masyarakat sekitar," sambungnya.

3. Pilih bahan dasar bambu karena simbol esensial kemerdekaan Indonesia

Kampung Cempaka Palembang, dari Pemukiman Kumuh Menuju Istana NegaraIDN Times/Feny Maulia Agustin

Tokoh pemuda Kampung Cempaka, Mahgodi Idris melanjutkan, sebelum membangun gapura tersebut, warga sengaja memilih bambu sebagai bahan dasar gapura, karena bambu memiliki arti kemerdekaan.

"Sesuai tujuan perlombaan dalam peringatan HUT RI, bambu kami pilih karena esensialnya identik dengan kemerdekaan Indonesia. Ada sekitar 80 batang bambu bekas, yang sebagiannya sisa dari umbul-umbul Pemilu kemarin. Di atas gapura ada Jembatan Ampera simbolis khas Palembang," katanya.

Mahgodi mengatakan, untuk membangun gapura dan variasi lain, mereka menghabiskan dana sebesar Rp2.540.000 dari swadaya masyarakat, yang berasal dari bantuan dua RW di Kecamatan 26 Ilir.

hasilnya, Gapura Kampung Cempaka yang memiliki tinggi sekitar 3,8 meter tersebut, mampu berhasil dengan 1.793 peserta di seluruh Indonesia yang berasal di 541 kabupaten/kota. 

"Gapura ini di perbatasan dan ada di RW lain juga ikut, sebagai denyut jantung istilahnya dari gapura ini. Total keseluruhan dikumpulkan dari delapan RT. Awalnya memang benar-benar dana pribadi warga. Tapi setelah berhasil, sebanyak 39 warga diberangkatkan ke Istana Negara untuk penilaian juara nasional, diberangkatkan dan difasilitasi pemkot dan pemprov" jelasnya.

Baca Juga: Pemkot Palembang Ajak Warga Tumbuhkan Jiwa Nasionalisme Lewat Cara ini

4. Wali Kota Palembang minta warga Kampung Cempaka pertahankan keasrian kediaman mereka

Kampung Cempaka Palembang, dari Pemukiman Kumuh Menuju Istana NegaraIDN Times/Feny Maulia Agustin

Sementara, Wali Kota Palembang, Harnojoyo mengimbau, setelah gapura di Kampung Cempaka ini masuk 10 besar dalam Festival Gapura Cinta Negeri, sebaiknya tetap menjaga dan mempertahankan keasrian kampung. Terlebih setelah festival ini berakhir.

"Harapan kita, Kampung Cempaka ini bisa menjadi satu kampung destinasi wisata bagi orang di luar Palembang dan Sumsel," imbaunya, sesaat melepas keberangkatan rombongan warga menuju Istana Negara RI.

Harnojoyo juga mengapresiasi atas semua usaha dari warga Kelurahan 26 ilir di Cempaka Putih tersebut. Apalagi, keberhasilan itu tidak lepas dari kebersamaan warga yang melaksanakan gotong royong.

"Semoga ide besar karya kampung ini dapat membangkitkan kesehjateraan rakyat. Setelah ini, rencanakan kampung untuk mengembangkan hidroponik, atau kalau bisa ada kolam ikan warna-warni seperti di luar, karena tidak ada yang tidak bisa," tandasnya.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya