Ini Beragam Pandangan Millenials Sumsel Memaknai Sumpah Pemuda

Pemuda Sumsel harus tunjukkan aksi, hasil dan hal positif

Palembang, IDN Times -Sudah begitu banyak momen gerakan pemuda di Indonesia hingga lahirnya beragam perubahan yang terjadi di Bumi Pertiwi ini. Hingga pada akhirnya, pada masa millenial ini, bermunculan tokoh-tokoh muda yang duduk di posisi strategis. 

Hari ini, 28 Oktober, Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda. Semua orang berbicara tentang bagaimana baiknya peran generasi muda mengisi kemerdekaan dan pembangunan, di daerah masing-masing. 

Berbicara hal tersebut, bagaimana tanggapan dari para tokoh millenials terkait Sumpah Pemuda? Berikut beragam komentar millenial Sumatera Selatan (Sumsel).

1. Pemuda harus mempelajari perbedaan ideologis, agar ada kesadaran ideologis baru dan mencegah perpecahan

Ini Beragam Pandangan Millenials Sumsel Memaknai Sumpah PemudaIDN Times/Feny Maulia Agustin

Presiden Mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri), Ni'matul Hakiki Vebri Awan mengungkapkan, generasi muda Sumsel harus mampu mendeklarasikan momentum Sumpah Pemuda dengan semangat persatuan tanpa menimbulkan perpecahan antar pemuda.

"Dipelajari dari historis kejadian Sumpah Pemuda, kita bisa melihat satu gagasan besar yang dibawa pada periode itu, dimana problematika bangsa saat itu para pemuda menemukan resolusinya melalui persatuan," ungkap dia.

Melalui peringatan hari Sumpah Pemuda ini, wajar saja apabila anak bangsa membawa semangat dari gagasan-gagasan tersebut.

"Semangat persatuan, karena sekarang yang terjadi adalah perpecahan antar mahasiswa, organisasi, maupun pergerakan pemuda, yang harus dilakukan salah satunya mempelajari perbedaan ideologis, agar kesadaran ideologis baru, tumbuh terhadap para pemuda secara kolektif," sambung dia.

2. Tidak ada namanya politik baper, melainkan politik adalah sebuah identitas

Ini Beragam Pandangan Millenials Sumsel Memaknai Sumpah PemudaIDN Times/Feny Maulia Agustin

Awan melanjutkan, sebenarnya tidak ada politik yang disebut baper (terbawa perasaan). Melainkan politik merupakan sebuah identitas dalam demokrasi Indonesia.

"Bicara politik baper, saya memilih membahas politik sebagai identitas. Karena ini merupakan demokrasi dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Kalau rakyatnya ingin direpresentasi sebagai identitas, maka politik tidak ada masalah dan batasan," kata dia.

Permasalahan yang terjadi, sambung Wawan, adalah kesalahpahaman dalam pemahaman politik secara komprehensif.

"Artinya seperti ini, ada beberapa kebaperan terjadi dalam menyikapi hal politik, misal melalui statement. Namanya politik adalah adu gagasan, dan pertentangan," ujar Wawan.

Penilaiannya, politik bisa dianalogikan dengan pertandingan sepak bola. Ketika tidak ada pertentangan, maka tidak akan ditemukan taktik dan taktis yang baru. "Pelajarannya adalah panggung politik, yang bukan jual beli gagasan tetapi mana gagasan terbaik untuk membangun bangsa," sambung dia.

3. Usia demokrasi di Indonesia belum dewasa dibanding di negara lain

Ini Beragam Pandangan Millenials Sumsel Memaknai Sumpah PemudaIDN Times/Feny Maulia Agustin

Melihat sistem pemerintahan yang terjadi di Indonesia sekarang, terang Awan, saat ini tanah air sedang mengalami kegagalan dalam menjalankan hak demokrasi. Dia menilai kondisi ini bukan sebagai perubahan sosial.

"Bagi saya ini adalah kegagalan sistem demokrasi. Dari ilmu yang pernah saya pelajari, negara demokrasi wajib menyiapkan tentang kesetaraan ekonomi, informasi dan pendidikan," ungkapnya.

Sementara, jelas dia, sekarang hal tersebut sulit berjalan bahkan mesti dibayar mahal. Usia demokrasi di negara ini sepertiya belum dewasa dibandingkan negara lain, begitu juga melihat masa feodal kemudian menjadi demokrasi, maka tidak sepenuhnya datang dari Indonesia.

"Sumpah Pemuda terbentuk mayoritas dari daerah Jawa, saya membandingkan dengan pemuda Sumsel. Generasi pemuda Sumsel ini harusnya lebih memahami kemana arah yang harus dilakukan, memiliki rules dan harusnya mempu menerima perspektif setiap perdebatan dan gagasan," kata dia.

4. Berkarakter keras, Pemuda Sumsel dinilai tidak mudah dipengaruhi

Ini Beragam Pandangan Millenials Sumsel Memaknai Sumpah PemudaIDN Times/Feny Maulia Agustin

Sementara, Anggota Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Sumsel, M Rachmadi Aditya mengatakan, pemuda Sumsel memiliki karakter yang keras, sehingga sulit untuk dipengaruhi dalam konteks apapun.

"Menilai perubahan politik yang disebut mengalami sistem sosio kultural, saya rasa bukan ya, karena karakter orang sumsel kan keras dan tidak mudah dipengaruhi, menurut saya lebih berpengaruh tentang cara berpikir dan sudut pandang tiap individu," jelasnya.

Melihat momentum hari Sumpah pemuda, esensinya merupakan deklarasi persatuan dari para pemuda untuk kemajuan nusantara. hal-hal yang perlu dilakukan adalah membangun daerah, khususnya Sumsel harus dimulai dari kegiatan postif dari skala kecil hingga skala besar dalam bidang kepemudaan.

Kalau untuk sikap pemuda Sumsel yang terlihat seperti ikut baper dalam politik, dia menilai, sikap tersebut jelas menunjukkan bahwa pemuda itu, belum siap untuk berkecimpung di dunia berpolitik.

"Pemuda Sumsel yang baper artinya harus lebih banyak referensi aja, ada ketertarikan politik untuk sudah hal yang positif, tinggal bagaimana lebih dewasa dan bijak lagi mencari informasi yang valid, dan sudut pandang yang lebih luas agar bisa lebih baik dalam menanggapi atau bersikap dalam dunia politik," jelas dia.

Baca Juga: Sumpah Pemuda dan Politik Baper dari Kaca Mata Tokoh Muda Sumsel 

5. Gerakan sumpah pemuda harus dibuktikan melalui pencapaian hasil prestasi

Ini Beragam Pandangan Millenials Sumsel Memaknai Sumpah PemudaIDN Times/Feny Maulia Agustin

Berbeda sudut pandang, Anggota DPRD Palembang, Peby Anggi Pratama mengatakan, gerakan dari Sumpah Pemuda harus dibuktikan dengan pencapaian hasil prestasi.

"Bukan sekadar deklarasi tetapi pembuktian. Saat ini saya bisa berhasil menjadi anggota legislatif. Saya mampu duduk di kursi ini, melalui banyak proses. Mulai dari gemar berorganisasi kegiatan kepemudaan yang melibatkan saya secara langsung dalam interaksi bersama masyarakat," kata politisi muda dari Partai Golkar itu.

Pria kelahiran 27 Februari 1993 ini menuturkan, berkecimpung dalam dunia politik merupakan satu pembuktian untuk menjalankan deklarasi Sumpah Pemuda, yakni untuk melakukan perubahan.

"Para millenial sebaiknya memperbanyak kegiatan positif dan mengikuti jejak para pemuda melalui Sumpah Pemuda. Membuka diri jangan hanya ke satu tempat, ikut serta dalam kegiatan masyarakat," tandas dia. 

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya