Ini Alasan Mengapa Lulusan S1 Pendidikan di Sumsel Tak Mesti Jadi Guru

Masalah kesejahteraan tenaga pendidik belum teratasi

Palembang, IDN Times - Dunia pendidikan Indonesia masih dihadapkan pada dilema minimnya apresiasi berupa honor yang dibayar kepada tenaga pendidik. Padahal, untuk mendapatkan ilmu dalam mendidik, butuh waktu, pikiran dan biaya yang tidak sedikit. Berkaca dari kondisi itulah, maka banyak alumni Strata 1 (S1) dari disiplin ilmu pendidikan, banyak yang memilih untuk tidak menjadi guru. 

Menanggapi hal itu, Ketua Program Studi (Prodi) Fisika FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Universitas Sriwijaya (Unsri), Ketan Wiyono mengakui, kalau masalahan dari pembayaran honor tenaga pendidik yang sesuai, hingga saat ini masih belum teratasi.

"Karena paradigma untuk menjadi guru, butuh Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan tidak seluruh guru bisa melakukannya. Kemudian, kebutuhan guru yang terus meningkat, tetapi SDM yang belum memadai turut menjadi salah satu bagian kendala," kata dia, pada pelantikan Pelantikan IKA Prodi FKIP Unsri di Aula FKIP Ogan, Palembang, Sabtu (7/12).

1. Tak harus menjadi guru, lulusan sarjana pendidikan juga bisa memperluas jaringan pekerjaan

Ini Alasan Mengapa Lulusan S1 Pendidikan di Sumsel Tak Mesti Jadi Gurukegiatan pelantikan Pelantikan IKA Prodi FKIP Unsri di Aula FKIP Ogan, Palembang, Sabtu (7/12) (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ketan Wiyono mengungkapkan, sebenarnya lulusan dari sarjana pendidikan juga bisa memperluas jaringan pekerjaan, tanpa harus menjadi seorang guru maupun praktisi akademis.

"Bukan dari FKIP saja, banyak prodi jurusan lain tidak sesuai dengan ilmu yang dipelajari. Setelah lulus dan menjadi alumni pekerjaan bisa di mana saja, asal mampu menerapkan attitude yang baik di lapangan dan dunia kerja," ungkap Sekretaris IKA (Ikatan Alumni) FKIP Unsri itu.

2. Kebutuhan tenaga pendidik dan SDM yang tersedia tidak seimbang

Ini Alasan Mengapa Lulusan S1 Pendidikan di Sumsel Tak Mesti Jadi GuruKetua Program Studi (Prodi) Fisika FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Universitas Sriwijaya (Unsri) Ketan Wiyono (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ketan menjelaskan, faktor yang menjadi kendala selama ini, antara kebutuhan tenaga pendidik dan SDM yang tersedia tidak seimbang. Artinya permintaan lebih banyak dibandingkan yang siap mengajar.

"Contoh saja guru, yang paling banyak dibutuhkan yakni PGSD sekitar 300 orang, tetapi SDM yang lulus tidak mencukupi. Unsri saja dalam satu tahun baru mampu meluluskan lulusan sebanyak 100 alumni. Ini menjadi faktor tidak mampunya menutupi secara keseluruhan. Secara penerimaan PNS saja guru paling banyak kursinya karena banyak juga yang sudah pensiun," jelas dia.

3. Tenaga pendidik di daerah kesulitan mendapatkan instansi untuk melanjutkan jenjang pendidikan mereka

Ini Alasan Mengapa Lulusan S1 Pendidikan di Sumsel Tak Mesti Jadi Gurukegiatan pelantikan Pelantikan IKA Prodi FKIP Unsri di Aula FKIP Ogan, Palembang, Sabtu (7/12) (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ketan melanjutkan, misal seorang guru SMP atau SMA harus bergelar S2 atau S3. Sementara di lokasi mereka mengajar tidak ada perguruan tinggi yang sesuai dengan jurusan. Sementara, saat ini jenjang magister memang menjadi kebutuhan bagi para akademisi, terutama guru-guru SMP dan SMA.

"Misal, untuk guru SD cukup S1. Tetapi di tingkat menengah dan atas setidaknya mampu menyelesaikan gelar hingga doktor agar bisa sertifikasi. Namun, kendalanya di tempat mereka mengajar tidak ada instansi melanjutkan jenjang lebih tinggi, dan terpaksa mereka harus ke luar kota," ujar dia.

Baca Juga: Dilema Guru di SD Terpencil Sumsel, Berdedikasi Namun Tak Punya Gaji

4. Alumni Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Unsri sudah mencapai 38.000

Ini Alasan Mengapa Lulusan S1 Pendidikan di Sumsel Tak Mesti Jadi Gurukegiatan pelantikan Pelantikan IKA Prodi FKIP Unsri di Aula FKIP Ogan, Palembang, Sabtu (7/12) (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Hingga tahun 2019, Ketan memaparkan, FKIP Unsri sudah meluluskan 38.000 alumni dan telah tersebar di berbagai industri pekerjaan. Ini membuktikan bahwa lulusan keguruan belum tentu berakhir menjadi guru.

"Sebagai informasi, untuk mengupayakan permasalahan kurangnya instansi pendidikan dalam suatu wilayah, FKIP Unsri juga baru menambah prodi baru untuk tahun pertama di 2019, yakni prodi S2 Fisika," papar dia.

5. Mulai merangkul alumni FKIP Unsri dalam melakukan bimbingan dunia akademisi

Ini Alasan Mengapa Lulusan S1 Pendidikan di Sumsel Tak Mesti Jadi Gurukegiatan pelantikan Pelantikan IKA Prodi FKIP Unsri di Aula FKIP Ogan, Palembang, Sabtu (7/12) (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sementara, Ketua IKA FKIP Unsri Ahmad Najib mengatakan, dengan adanya pembentukan IKA FKIP Unsri, diharapkan sesama alumni bisa saling berbagi dan membantu. Bisa menjalin silaturahmi ikatan keluarga, dan berperan di masyarakat, serta sesama alumni saling merangkul melakukan bimbingan dunia akademisi.

"Atau membentuk program, seperti pendirian yayasan untuk meningkatkan kompetisi, juga tidak terfokus menjadi PNS. Bisa saja mulai aktif dalam kegiatan koperasi atau memperluas lingkungan persaingan kepada setiap lulusan dengan bimbingan belajar," tandas Asisten III Pemprov Sumsel itu.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya