Harnojoyo Siap Divaksin, Ahli Mikrobiologi Sumsel: Hati-hati

Perhatikan dua aspek antara kebijakan dan ilmu ilmiah

Palembang, IDN Times - Vaksin COVID-19 merek Sinovac asal Cina telah tiba di Sumatra Selatan (Sumsel), Senin (4/1/2021), dan segera didistribusikan ke tujuh daerah termasuk Palembang.

Rencananya, Wali Kota (Wako) Palembang Harnojoyo siap menjadi orang pertama yang disuntik vaksin bersama Gubernur Sumsel, Herman Deru.

"Tentu saya siap (divaksin), ini untuk menekan keresahan penyebaran virus corona," ujarnya.

1. Pemerintah diminta perhatikan dua hal soal vaksin

Harnojoyo Siap Divaksin, Ahli Mikrobiologi Sumsel: Hati-hatiJuru Bicara Gugus Tugas COVID-19, Prof Yuwono (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menanggapi kesiapan sejumlah daerah untuk divaksin, Ahli Mikrobiologi Sumsel, Prof Yuwono, mengingatkan pemerintah daerah untuk berhati-hati sebelum melakukan vaksinasi.

"Sebaiknya sebelum menyampaikan secara tegas kesedian untuk divaksin, mereka harus memerhatikan dua hal, karena memiliki efeknya masing-masing" kata dia.

Baca Juga: Herman Deru Jadi Orang Pertama Penerima Vaksinasi di Sumsel

2. Cek keamanan dan label halal vaksin

Harnojoyo Siap Divaksin, Ahli Mikrobiologi Sumsel: Hati-hatiIlustrasi Rapid Test Tim IDN Times (IDN Times/Herka Yanis)

Hal yang perlu diperhatikan yakni risiko atau dampak setelah menerima vaksin dari Sinovac yang menjadi pilihan pemerintah  Indonesia.

Secara ilmiah, vaksin Sinovac katanya berfungsi sebagai zat untuk melemahkan virus. Seseorang yang bersedia divaksin harus mengetahui zat yang terkandung, maka itu wajib diteliti oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

"Selain dari kandungannya, kita juga harus tahu kehalalannya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun infonnya kabel halal ini belum keluar dan masih menunggu izin edar," jelasnya.

3. Harus ada pembuktian kalau vaksin sudah aman

Harnojoyo Siap Divaksin, Ahli Mikrobiologi Sumsel: Hati-hatiTim Swab Hunter saat melaksanakan razia dan tes swab massal. IDN Times/ Dok istimewa

Yuwono menerangkan, poin utama mengetahui vaksin tersebut baik untuk tubuh adalah lolos secara ilmiah, dan dalam pembuktian uji klinis mesti melewati tiga fase.

Namun pada kenyataannya, Indonesia maupun Cina belum mengumumkan hasil ilmiah mengenai vaksin Sinovac.

"Harus dipertemukan antara dua hal ini, antara kebijakan dan aspek ilmiah. Artinya vaksin yang sudah didistribusikan itu tidak boleh langsung disuntikkan, pihak terkait juga harus pembuktian, kalau ini benar-benar aman," terang dia.

4. Ingatkan penerima vaksin untuk berhati-hati

Harnojoyo Siap Divaksin, Ahli Mikrobiologi Sumsel: Hati-hatiIlustrasi Rapid Test Tim IDN Times (IDN Times/Herka Yanis)

Menurut Direktur Rumah Sakit Pusri ini juga mengatakan, hal yang paling penting dalam vaksinasi tidak sekedar keamanan, namun efektivitas bagi penerima vaksin. Seperti mengetahui persentase hasil positif yang akan diterima tubuh.

Misal, orang yang disuntik kemudian efektivitasnya kurang dari 50 persen maka lebih bagus mengambil cara meningkatkan imunitas. Seperti memperkuat imunitas dengan gizi, protokol kesehatan, dan sebagainya.

"Tapi karena ini kebijakan, maka kita ikuti. Saya berharap pemerintah mendasarkan pada landasan ilmiah agar betul-betul aman dan efektif. Saya sangat menyarankan untuk berhati-hati dalam vaksinasi ini tanpa menyepelekan efek samping yang bisa saja ditimbulkan," tandas dia.

Baca Juga: Tak Mau Ganggu APBD, Sumsel Bakal Beli Vaksin Pakai Dana CSR BUMN

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya