19 Tahun Jadi Guru Honorer, Dwi Sempat Digaji Rp50 Ribu 

"Untuk makan saja tak cukup"

Palembang, IDN Times - Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November sejak 1994 lalu, tak luput dari nasib pendidik yang mendapatkan gaji kurang layak. Padahal apa yang mereka berikan untuk mengajarkan anak-anak bangsa, patut diapresiasi setinggi-tingginya.

Salah satunya dirasakan Dwi Apriani, guru honorer di Palembang yang sempat hanya menerima gaji Rp50 ribu per bulan.

"Ingat amal jariyahnya. Kalau dipikir, untuk makan saja tak cukup, segitu gaji Rp50 ribu di awal-awal ngajar," ujarnya kepada IDN Times, Rabu (25/11/2020).

1. Sebut mengajar jadi kegiatan istimewa

19 Tahun Jadi Guru Honorer, Dwi Sempat Digaji Rp50 Ribu Sosok guru honorer di Palembang yang sudah mengabdi 19 tahun, Dwi Apriani (Sebelah kanan). IDN Times/Dokumen

Dwi menceritakan alasan ia bertahan mengajar dan menjadi guru honorer untuk mencerdaskan anak bangsa. Selain memang membagikan ilmu menjadi hal istimewa baginya, mengajar bisa membantu dan mendorong seseorang untuk lebih giat menggali pendidikan.

"Bukan memuji diri sendiri, tapi inilah memang pahlawan tanpa tanda jasa," kata dia.

Baca Juga: Cerita Gentar Mengajar Suku Anak Dalam: Kami Tak Mau Dibodohi Lagi 

2. Jadi guru honorer sejak tahun 2001

19 Tahun Jadi Guru Honorer, Dwi Sempat Digaji Rp50 Ribu Ilustrasi siswa sekolah dasar belajar online (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Meski belum diangkat menjadi Aparatur Negeri Sipil (ASN), namun Dwi pun sabar menanti kesempatan bisa menjadi pegawai pemerintahan. Ia menuturkan, sejak tahun 2001 dirinya aktif mengedukasi murid-murid di Sekolah Dasar (SD) Palembang.

"Sejak 2001 sudah mengajar di SDN 112 Sako, dan tahun 2018 di SDN 47 Palembang sampai sekarang. Saya ingat sekali cerita pedih, tapi berkesan," ungkapnya.

Dwi menambahkan, perjuangan menjadi ASN meninggalkan kisah pilu karena berbagai hal yang ditempuh. Ia merunut sejak tahun 2005, dirinya sempat mendatangi Istana Negara bersama para guru honorer lain dari Palembang untuk menggelar unjuk rasa.

"Untuk menuntut kebijakan diangkat, kami aksi tahun 2005 tapi gagal. Tahun 2007 mengulang lagi dan sempat diterima oleh Mensesneg saja, tidak ada kelanjutan," timpal dia.

3. Masih berharap mendikbud akan membuka PPPK

19 Tahun Jadi Guru Honorer, Dwi Sempat Digaji Rp50 Ribu Ilustrasi Sekolah dari Rumah (IDN Times/Arief Rahmat)

Dwi mengatakan, ia bersama rekan lain melakukan aksi karena ingin menuntut janji pemerintah. Pasalnya, pemerintah pernah menjanjikan pengangkatan guru kategori (K2) sebagai ASN. Namun hingga tahun 2020, janji tersebut tak kunjung tiba.

"Katanya tahun depan Mendikbud akan membuka PPPK (Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), mudah-mudahan kami yang lama mengajar ini diprioritaskan. Kalau harus bersaing dengan yang guru-guru muda ini kami cukup kesulitan," katanya.

Baca Juga: Diperingati 25 November, Perbedaan Hari Guru Nasional dan Hari PGRI

4. Pernah lima kali ikut tes ASN tapi gagal

19 Tahun Jadi Guru Honorer, Dwi Sempat Digaji Rp50 Ribu Ilustrasi aktivitas di sekolah. IDN Times/Feny Maulia Agustin

Tidak saja pernah mengikuti aksi penuntutan jadi ASN, Dwi mengaku sudah mengikuti lima kali tes seleksi CPNS namun tidak pernah lulus. Ia mengaku, pengalaman itu menjadi kisah yang berat.

Dwi berharap momen Hari Guru Nasional menghasilkan kebijakan dan aturan dari pemerintah pusat untuk menghargai perjuangan guru honorer yang sudah lama mengajar.

"Tidak ada yang salah dengan berharap, yang penting tahu konsekuensinya biar gak stres. Terus apapun kondisi jangan pernah lupa berdoa," tandas dia.

Baca Juga: Kabar Baik! Kemendikbud Bakal Angkat Guru Honorer PPPK pada 2021

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya