Kisah Inspiratif 4 Perempuan Indonesia di Dunia Sains, Ada Pilot Uji!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memperingati Hari Wanita dan Anak Perempuan di Bidang Sains Sedunia pada 11 Februari lalu, JIS (Jakarta Intercultural School) Cilandak mengadakan diskusi berjudul Generation STEM (15/2). Forum diskusi tersebut mengundang empat wanita Indonesia berprestasi.
Sebut saja mereka Tengku Alia Sandra (Ketua Railway Engineering MRT), Captain Esther Gayatri Saleh (pilot uji perempuan satu-satunya di Indonesia), Vania Radmila (Mobile Engineer Go-Jek), dan Tania Soerianto (Product Manager di Traveloka).
Dalam diskusi tersebut, keempatnya membicarakan tentang pengalaman pribadi mereka berkecimpung di dunia STEM (science, technology, engineering, mathematics) yang didominasi oleh laki-laki. Berikut kisah inspiratif 4 perempuan Indonesia di dunia sains.
1. Meski kelihatan sulit, perempuan punya kesempatan di bidang sains
Cerita pertama dimulai dari Tengku Alia Sandra yang menjadi salah satu penyokong untuk penyelenggaraan MRT Jakarta. Perempuan yang akrab dipanggil Alia ini, bercerita tentang cita-cita semasa kecilnya untuk menjadi dokter.
Jalan untuk mencapai impiannya itu, begitu berliku hingga akhirnya Alia pun terjun ke bidang sains. Ia mengibaratkannya sebagai pintu yang membuka banyak kesempatan.
Walau awalnya sulit karena masih ada beberapa orang yang memandangnya sebelah mata sebagai perempuan, ia tetap berjuang untuk membuktikan kemampuan dirinya.
Alia juga sempat menyebutkan data proporsi pegawai laki-laki dan perempuan di MRT Jakarta. Di bidang konstruksi, perbandingannya adalah 75:25. Gak berbeda jauh dari itu, di bidang maintenance adalah 77:23.
2. Dengan berkontribusi di bidang sains, kamu juga bisa membantu dunia menjadi lebih baik!
Tania Soerianto mengatakan, "Aku pengen membantu orang lain. Dalam kata lain, aku mau mengubah dunia menjadi lebih baik." Sama seperti Alia, Tania juga memiliki cita-cita untuk terjun di dunia kesehatan untuk menjadi dokter.
Setelah terjun di dunia sains dan teknologi, Tania gak menyesali kesempatannya untuk bekerja di bidang tersebut. "Teknologi sangat penting untuk kehidupan. Karena itu, aku mau membuka peluang untuk industri itu ke banyak orang," ujarnya.
3. Stereotip dan diskriminasi terhadap perempuan dapat dipatahkan dengan kerja keras dan pembuktian diri
Esther memasuki podium dengan seragam pilotnya. Saat itu, semua mata tertuju kepadanya. Ia pun mulai bercerita tentang perjuangannya mengejar impian agar bisa terbang.
Perempuan berusia 57 tahun ini bercerita, ia adalah siswa lulusan IPS dan dianggap tidak memenuhi syarat untuk masuk ke sekolah transportasi di Indonesia karena tinggi badannya yang dianggap tak cukup semampai.
Editor’s picks
Namun, kesempatan untuk bisa mengejar impiannya itu, akhirnya datang dari seseorang yang ingin menjadi sponsornya pergi belajar ke Amerika. Tak terasa, kini ia telah memasuki tahun pengabdian menjadi pilot yang ke-34.
Tak dipungkiri, ia sempat mendapatkan diskriminasi dan stereotip yang sempat membuatnya ingin mundur dari industri tersebut. "Saat itu, aku yakin kalau Tuhan kasih aku peran dan aku gak boleh menyerah begitu saja," tutur Esther.
Baca Juga: Perempuan-Perempuan di Balik Layar Industri Film Indonesia
4. Semangat untuk sukses harus ditularkan dengan sesama perempuan
Panelis terakhir, Vania Radmila Alfitri, juga menceritakan pengalamannya bergerak di bidang teknologi. Menurutnya, pekerjaan di bidang tersebut, menuntutnya untuk terus belajar karena teknologi akan berubah seiring perkembangan zaman.
Selain berkarier menjadi Mobile Engineer Go-Jek, Vania juga menjabat menjadi Co-Founder komunitas Generation Girl. Komunitas itu ia bangun bersama para koleganya, termasuk Tania Soerianto.
Komunitas tersebut bertujuan untuk membangkitkan semangat dan peluang pada anak perempuan di penjuru Indonesia, khususnya yang tertarik dengan industri STEM.
5. Ada tiga tips untuk para perempuan millennials Indonesia agar bisa bertahan di bidang STEM
Di awal sesi seminar, Alia mengatakan bahwa salah satu hal yang menyebabkan langgengnya stereotip kepada perempuan yang terjun di bidang STEM adalah unconsious bias.
Kebanyakan orang gak sadar bahwa mereka memiliki sudut pandang (mindset) tertentu di dalam otak mereka ketika melihat seseorang dengan penampilan tertentu.
Selain Alia, tiga panelis lainnya juga mengatakan bahwa mereka berjuang untuk meruntuhkan hal tersebut. Untuk mengatasi kendala tersebut, Alia menyebutkan tiga tips untuk para perempuan agar bisa bertahan menjalani kariernya di bidang STEM.
Pertama, perempuan harus bisa mengatasi rasa takutnya dan menyadari ada banyak kesempatan yang bisa dia ambil. Kedua, rasa ingin tahu yang besar penting agar kita bisa terus belajar.
Terakhir, harus mampu berkomunikasi dengan baik dan bekerja sama dengan orang lain.
Itulah kisah inspiratif dari empat perempuan Indonesia di dunia sains beserta lima poin penting dari seminar tersebut. Seminar ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya peran perempuan di bidang sains.
Hal ini dibuktikan dengan nyata lewat cerita empat orang panelis yang menjadi representasi dari banyaknya perempuan yang sukses berkarier di bidang ini. Salut banget!
Baca Juga: Ikut Antar Parasite Raih Oscars, Ini Sosok Perempuan Hebat di Baliknya