Keluh Samuel Mengenang Yosua Sang Ajudan Jenderal Bintang Dua

Sebelum tewas Yosua bakal pamit pulang kampung ke Tapanuli

Jambi, IDN Times - Kediaman orangtua Brigadir Polisi (Brigpol) Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J jauh dari hiruk pikuk kota besar. Orangtuanya Samuel Hutabarat sudah merantau dari Tapanuli Selatan sejak 1988 silam, begitu juga ibunya Rosti Simanjuntak dari Tapanuli Utara.

Di Jambi, Samuel merantau ke wilayah Sungai Bahar sebagai petani. Sedangkan ibunya menjadi seorang tenaga pendidik di sebuah kecamatan yang difokuskan sebagai wilayah transmigrasi, dekat dengan Bayung Lencir, sebuah kecamatan ujung timur dari Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel).

Kecamatan Sungai Bahar bisa ditempuh sekitar 1,5 jam hingga 2 jam perjalanan dari kota Jambi. Sedangkan dari kota Palembang, lokasinya ditempuh dengan waktu tujuh jam perjalanan darat. Dari titik perbatasan kedua provinsi atau Simpang Tempino cukup ditempuh sekitar satu jam perjalanan.

Perkebunan akasia, karet, hingga sawit, menjadi pemandangan utama untuk sampai ke pusat kecamatan tempat kelahiran Yosua. Saat malam tiba, tak ada lampu yang menyinari perjalanan kecuali sinar penerangan dari pondok atau rumah-rumah warga yang berjauhan satu sama lain.

"Saya sudah dari tahun 1988 di sini, bertemu dengan ibunya Yosua juga di sini. Semua anak saya pun besar di Sungai Bahar," ungkap Samuel Hutabarat saat mengulas kisah hidup keluarganya, Selasa (19/7/2022).

Baca Juga: Brigadir J Dampingi Ferdy Sambo Sejak Kombes Hingga Jenderal Bintang 2

1. Brigadir J lelaki tertua sang pengambil keputusan

Keluh Samuel Mengenang Yosua Sang Ajudan Jenderal Bintang DuaFoto keluarga di rumah duka Brigadir J. (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sebagai seorang pendidik, istrinya Rosti Simanjuntak telah mengabdikan diri sebagai guru cukup lama di Sungai Bahar. Ia mendapatkan rumah dinas di dalam lingkungan SD Negeri 74 di Desa Suka Makmur. Di sekolah itu pula, Yosua beserta adik dan kakaknya tumbuh dewasa hingga bekerja di Mabes Polri sebagai ajudan Kadiv Propam, Irjen Pol Ferdy Sambo.

Meski bukan anak pertama dalam keluarga, Yosua dianggap sebagai anak laki-laki tertua yang memiliki peran penting dalam keluarga. Menurut Samuel, anak laki-laki tertua dalam keluarga batak memiliki peran signifikan dalam pengambil kebijakan.

"Yosua saya ajarkan itu. Sebagai laki-laki tertua dia adalah pengambil keputusan penting dalam keluarga. Adat Batak itu yang saya tanamkan," ungkap Samuel.

Yosua merupakan anak kedua. Dirinya memiliki kakak perempuan yang secara hierarki lebih tua dari dirinya, yakni Yuni Artika Hutabarat. Selanjutnya ada dua adik lagi perempuan dan laki-laki. Anak paling bungsu itu pula yang meneruskan semangat Yosua menjadi polisi dan kini berpangkat Briptu Maha Reza Hutabarat.

"Kami tak menyangka saat ziarah ke Tapanuli, Si Reza yang paling bungsu mengabarkan jika kakaknya meninggal dunia. Serasa disambar petir ketika mendengar hal itu, karena siangnya kami sempat berkomunikasi," ungkap dia.

Baca Juga: Pengacara Keluarga Brigadir J Bakal Tolak Hasil Autopsi Polisi

2. Rencana ajukan izin ke Ferdy Sambo

Keluh Samuel Mengenang Yosua Sang Ajudan Jenderal Bintang DuaKeluarga Brigadir J saat berkunjung ke makam (IDN Times/Rangga Erfizal)

Kabar kematian cepat beredar di kalangan keluarga. Samuel beserta istri dan kedua anak perempuannya sempat terdiam setelah mendapat kabar sekitar pukul 21.30 WIB, Jumat (8/7/2022) lalu. Samuel bahkan harus menarik napas beberapa kali untuk menenangkan diri, sedangkan istrinya termenung dan menangis.

Setelah tenang, Samuel lantas menelepon kembali Briptu Reza dan berharap yang diceritakan anaknya hanya kabar bohong. Tapi Reza dengan suara berat mencoba menjelaskan kepada ayahnya jika peristiwa itu benar terjadi.

Perjalanan ziarah yang direncanakan justru berbalik menjadi kabar duka dari Jakarta. Samuel mengingat percakapan terakhir Yosua sebelumnya berjanji akan menyusul ke Tapanuli untuk berziarah, sekaligus pulang kampung ke halaman orangtuanya.

"Sempat kami ingin pulang kampung bersama akhir tahun lalu, tapi karena kerjaan anak maka batal. Waktu kejadian ini, Samuel berencana pulang ke Tapanuli usai pulang dari Magelang mengawal keluarga Ferdy Sambo. Jika sampai Jakarta, Yosua berencana meminta izin," ujar dia.

Izin dinas tak pernah keluar, justru Yosua pulang dalam peti mati. Rencana kepulangan dari Bandara Silangit Tapanuli Utara pun tak pernah terealisasi. Justru Yosua pulang lewat Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi dengan kondisi tak bernyawa.

"Awalnya keluarga di sana minta Yosua dimakamkan di Tapanuli tapi ibunya minta di Jambi. Malam itu juga kami pulang dan sampai di Jambi pukul 23.00 WIB, Sabtu (19/7/2022)," ungkap dia.

Baca Juga: Sebelum Meninggal, Brigadir J Urus Mutasi Adiknya ke Mapolda Jambi

3. Getar amarah melihat anak di dalam peti mati

Keluh Samuel Mengenang Yosua Sang Ajudan Jenderal Bintang DuaKeluarga Brigadir J saat menerima tamu yang datang ke rumah nya untuk mengucapkan belasungkawa (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sebagai orangtua, Samuel berharap kabar buruk itu tak pernah ada. Namun mengetahui anaknya tertembak dalam tugas, Samuel sempat berpikir jika itu adalah risiko pekerjaan sebagai polisi. Samuel sempat tenang meski hatinya masih bertanya-tanya penyebab kematian anaknya.

"Jenazah tiba lebih dahulu ke rumah sebelum kami datang. Saya pun diminta menandatangani surat serah terima jenazah dari Polri kepada keluarga," ujar dia.

Di sana, perasaan Samuel kembali bergetar. Getaran yang timbul kali ini agak berbeda, karena muncul sebuah amarah. Ia diminta menandatangani surat penyerahan jenazah tanpa diizinkan melihat isi peti tersebut.

Samuel mencium hal yang tak beres. Apalagi setelah ada kesepakatan dirinya boleh mengintip. Saat itu juga ia tak kuat melihat kondisi sang anak yang babak belur di bagian wajah.

Kejanggalan-kejanggalan mulai muncul. Keluarga mempertanyakan peristiwa yang menimpa Yosua kenapa bisa terjadi. Keadilan seperti apa yang bisa dicari dari keluarga dengan profesi sebagai petani dan guru SD di wilayah terpencil.

"Saat penjemputan dari bandara saja kata keluarga yang menjemput tak ada ambulans dinas sebagaimana polisi gugur saat tugas. Dari sana kejanggalan sudah sangat terasa," jelas dia.

Baca Juga: Guru SD Brigadir J Mengenang Sosok Anak Sekolah yang Sopan dan Pintar

4. Keluarga di Jambi dan Sumut diawasi

Keluh Samuel Mengenang Yosua Sang Ajudan Jenderal Bintang DuaPertemuan Ketua Harian Kompolnas di rumah duka Brigadir J. (IDN Times/Rangga Erfizal)

Selesai pemakaman Yosua, keluarga masih berharap ada kejelasan dari atasan atau Mabes Polri tempat sang anak bertugas. Cerita polisi tetap sama seperti yang disampaikan media sehari sebelumnya. Yosua diduga melakukan pelecehan terhadap Putri Candrawathi, istri Irjen Pol Ferdy Sambo.

Penembak jitu itu diberondong lima peluru hingga meninggal dunia. Tanpa pembuktian, Yosua dihabisi oleh seorang Bharada berinisial E dengan alasan melindungi diri. Kedatangan perwakilan Mabes Polri tak juga membuat hati keluarga tenang.

Apalagi kehadiran polisi "mengepung" rumah duka. Tanpa basa-basi dan permisi, polisi sudah ramai. Keluarga menganggapnya sebagai penghinaan. Bahkan hingga Selasa (19/7/2022) petang, setiap harinya ada empat hingga lima polisi datang ke rumah keluarga Yosua. Mereka mencari informasi siapa saja tamu-tamu yang datang disertai keperluannya.

Keluarga yang berada di Simalungun juga didatangi polisi. Hal ini diketahui Samuel ketika ditelepon keluarga di sana, dan menyebut ada aparat beserta petugas kelurahan datang. Samuel menilai keluarganya diperlakukan seperti teroris.

"Saya merasa setelah kasus ini handphone diretas. Lebih-lebih keluarga kami dibuat seperti keluarga teroris. Kami ini semua diintai," ungkap dia.

Baca Juga: Adik Kandung Brigadir J Pernah Diminta Tanda Tangani Dokumen

5. Sepenggal cerita pesan terakhir keluarga

Keluh Samuel Mengenang Yosua Sang Ajudan Jenderal Bintang DuaBantuan dari pihak sekolah kepada keluarga Brigadir J. (IDN Times/Rangga Erfizal)

Yosua sebagai pria tertua menjadi anak yang dibanggakan. Ia berjuang dengan doa kedua orangtua untuk menjadi polisi. Dari keterangan keluarga, Yosua merupakan sosok yang dekat dan sayang dengan adik dan kakaknya. Saking perhatiannya, Yosua tak pernah absen menanyakan kabar kakak atau adiknya meski dalam perjalanan tugas.

Saat bertemu Ketua Harian Kompolnas, Irjen Pol (Purn) Benny J Mamota, Selasa (19/7/2022), kakak korban Yuni Artika Hutabarat bercerita bagaimana keseharian adiknya tersebut di keluarga. Yosua akan selalu bertanya keadaan orangtua, kakak maupun adik yang polisi.

"Kami masih sempat berkomunikasi pagi sekitar jam 10.00 WIB. Dia bilang sedang bertugas di Magelang dan dalam perjalanan pulang ke Jakarta," ungkap Yuni.

Dua jam berselang atau sekitar pukul 12.00 WIB, Yuni mengirimkan foto perjalanan keluarganya di Simalungun. Namun pesan melalui aplikasi WhatsApp tersebut hanya dibaca oleh Yosua.

Keluarga masih berpikir positif dan menerka jika Yosua masih dalam perjalanan hingga tak sempat membalas pesan. Setelah itu sekitar pukul 17.00 WIB, Yuni kembali mengirimkan pesan berisi kabarnya bersama sang ayah dan ibu meski tak pernah dibaca. Handphone tersebut sempat terpantau aktif pukul 17.04 WIB, dan selebihnya Yosua tak pernah lagi membalas hingga kabar duka datang pukul 21.30 WIB di hari yang sama.

Cerita lain disampaikan Briptu Reza, adik Yosua yang juga bertugas di Mabes Polri. Sang kakak diketahui sangat peduli pada dirinya. Reza paham betul jika kakaknya merupakan orang kepercayaan Ferdy Sambo. Kepada Benny J Mamoto, Reza mengatakan jika kakaknya tinggal di rumah kediaman Ferdy Sambo dan merupakan satu-satunya polisi yang tinggal di sana.

"Setahu saya, dia polisi sendirian yang jadi ajudan dan tinggal di rumah itu. Sisanya ada empat orang bibi (pembantu), dan tiga sipil (laki-laki)," ujar dia.

Pertemuan terakhir Reza dengan Yosua terjadi pada 1 Juli 2022 lalu. Jika bertemu, mereka biasanya melepas kangen dengan bercerita atau bernyanyi bersama. "Kita suka bercanda bersama kalau sudah bertemu," kenang Reza.

Baca Juga: Ayah Brigadir J: Semoga Tuhan Beri Jalan Terkait Usaha Polri

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya