PVMBG: Anak Krakatau Erupsi 2 Kali Selama Bulan Maret

Aktivitas vulkanik Anak Krakatau berfluktuasi

Jakarta, IDN Times - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan, berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental serta potensi bahaya Gunung Anak Krakatau, bahwa saat ini tidak ada peningkatan ancaman.

“Selama Januari hingga 10 April 2020, tidak ada peningkatan ancaman. Tingkat aktivitas  vulkanik Anak Krakatau masih tetap pada Level II (Waspada),” kata Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat pada PVMBG, Dr Nia Haerani, dalam siaran persnya, Sabtu (11/4). 

1. Aktivitas vulkanik Anak Krakatau berfluktuasi

PVMBG: Anak Krakatau Erupsi 2 Kali Selama Bulan Maret(Tangkapan layar erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat 10 April 2020) Dokumentasi Kementerian ESDM

Ia menjelaskan, selepas penurunan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II) pada 25 Maret 2019, aktivitas vulkanik Anak Krakatau berfluktuasi. Selama Januari hingga Maret 2020 aktivitas erupsi masih terjadi. Erupsi terjadi tidak menerus.

Berdasarkan data pemantauan, selama Januari 2020 terjadi empat kali erupsi pada tanggal 1,7 dan 15 yang menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu dengan tinggi maksimum 500 meter dari atas puncak.

Pada tanggal 6 hingga 11 Februari 2020 terjadi rangkaian erupsi menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian maksimum 1.000 meter dari atas puncak.

Baca Juga: Anak Krakatau Erupsi Tanpa Dentuman, Anyer dan Lampung Masih Aman

2. Dua kali erupsi di bulan Maret

PVMBG: Anak Krakatau Erupsi 2 Kali Selama Bulan Maret(Foto ketika Gunung Anak Krakatau erupsi) Dokumentasi Kementerian ESDM

Selama Maret 2020, erupsi terjadi dua kali yakni erupsi pada tanggal 18 Maret 2020, menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu setinggi 300 meter dari atas puncak. Saat tidak terjadi erupsi, teramati embusan asap berwarna putih tipis dengan tinggi maksimum 150 m dari atas puncak.

Pada tanggal 10 April 2020, terjadi dua kali erupsi, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu tebal setinggi 500 meter dari atas puncak, diikuti dengan erupsi menerus tipe strombolian.

“Tidak terdengar suara gemuruh atau dentuman akibat erupsi,” kata Nia.

3. Vulkanik masih terekam dengan jumlah yang belum signifikan

PVMBG: Anak Krakatau Erupsi 2 Kali Selama Bulan MaretANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Menjelang dan selama erupsi, gempa-gempa Vulkanik masih terekam dengan jumlah yang belum signifikan, menunjukkan masih terjadinya suplai magma ke kedalaman yang lebih dangkal.

Pengamatan deformasi dengan tiltmeter berfluktuasi dan menunjukkan gejala kenaikkan yang tidak signifikan sejak 5 April 2020 hingga kejadian erupsi pada 10 April 2020 pukul 22:35 WIB, diduga akibat energi yang relatif tidak terlalu besar.

Data kegempaan dan deformasi menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Anak Krakatau masih berfluktuasi. Suplai fluida dari kedalaman masih terjadi.

Jenis fluida pada rangkaian erupsi Januari hingga Maret 2020 diduga didominasi oleh gas atau uap air, sedangkan erupsi pada 10 April 2020 material batuan pijar sudah terbawa ke permukaan dengan intensitas yang belum signifikan, jauh lebih kecil dibandingkan rangkaian erupsi pada periode Desember 2018-Januari 2019.

4. Potensi bahaya Gunung Anak Krakatau

PVMBG: Anak Krakatau Erupsi 2 Kali Selama Bulan MaretANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Nia menjelaskan, potensi bahaya dari aktivitas Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah aktif.

Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Aktivitas vulkanik berupa erupsi tipe strombolian saat ini, lontaran material pijar hanya tersebar di sekitar kawah (masih dalam batas kawasan rawan bencana yang direkomendasikan). Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik yang menuju kepada intensitas erupsi lebih besar.

Baca Juga: PVMBG: Suara Dentuman Bukan Letusan Gunung Anak Krakatau

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya