Penularan COVID-19 Lewat Airborne, PDPI: Pakai Masker Dalam Ruangan!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengimbau masyarakat tidak panik namun tetap waspada terkait pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang kemungkinan risiko transmisi COVID-19 melalui udara (airborne).
"Dengan terdapatnya risiko penularan secara airborne, terutama pada ruangan tertutup, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengimbau masyarakat tetap waspada dan tidak panik," kata Ketua Pengurus Harian PDPI DR. Dr. Agus Dwi Susanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (13/7/2020).
1. Masyarakat diminta tetap pakai masker, bahkan ketika di dalam ruangan
Selain mengimbau masyarakat untuk tidak panik, Agus juga mengajak masyarakat menghindari keramaian, baik di tempat tertutup maupun di tempat terbuka. Selain itu, masyarakat juga disarankan untuk selalu memakai masker di mana saja dan kapan saja, bahkan ketika berada di dalam ruangan.
"PDPI juga mendorong terciptanya ruangan dengan ventilasi yang baik, dengan jendela yang dibuka sesering mungkin," kata dia.
Terakhir ia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan tangan serta menghindari menyentuh wajah sebelum mencuci tangan dan tetap menjaga jarak pada aktivitas sehari-hari.
2. Penularan airborne mencapai jarak hingga lebih dari satu meter dan dapat bertahan lama di udara
Editor’s picks
Ia mengatakan WHO pada 9 Juli 2020 mengeluarkan panduan terbaru terkait transmisi SARS-CoV-2 yang memiliki perbedaan signifikan antara penularan melalui airborne dan droplet.
Menurut laporan itu, penularan COVID-19 melalui airborne dapat mencapai jarak hingga lebih dari satu meter dan dapat bertahan lama di udara, sedangkan penularan melalui droplet dapat terjadi dalam jarak kurang dari satu meter tetapi tidak bertahan lama di udara.
"Risiko tersebut, tentu sangat berimplikasi terhadap cara pencegahan dan pengendalian terhadap COVID-19 karena transmisi airbone dan droplet sangat berbeda," jelasnya.
3. Salah satu studi menemukan pada sampel udara kondisi virus belum bisa bereplikasi
Selain itu, dia menambahkan, penelitian yang dilakukan di lingkungan fasilitas kesehatan tempat pasien COVID-19 dirawat, tetapi tidak dilakukan prosedur yang menghasilkan aerosol, melaporkan keberadaan RNA SARS-CoV-2 pada sampel udara. Namun pada penelitian lain yang sama, baik di fasilitas kesehatan maupun nonfasilitas kesehatan tidak ditemukan keberadaan RNA SARSCoV-2.
Dalam sampel yang ditemukan virus, kuantitas virus yang terdeteksi dalam jumlah yang sangat kecil dalam volume udara yang besar dan satu studi menemukan virus tersebut di sampel udara dalam kondisi virus yang belum bisa bereplikasi.