Pakar Epidemiologi Peringatkan Gelombang Kedua COVID-19 Usai Lebaran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Jelang lebaran, masyarakat kembali memenuhi Pasar Tanah Abang dan mal di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat virus corona. Tanpa menerapkan protokol kesehatan, warga berdesak-desakan mencari kebutuhan hari raya.
Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr. Pandu Riono menyesalkan hal tersebut. Seharusnya, kata dia, Jakarta sudah mengalami penurunan kasus positif virus corona atau COVID-19. Namun, kurva ini tertahan karena masyarakat kurang disiplin dengan keluar rumah serta abai terhadap protokol kesehatan.
"Bisa jadi muncul gelombang kedua atau lonjakan-lonjakan baru," ujar Pandu saat dihubungi IDN Times, Kamis (21/7).
Baca Juga: Pakar UI: Virus Corona Tidak Bisa Hilang, Masyarakat Harus Terbiasa
1. Jika sedikit bersabar, usai Lebaran Jakarta bisa memasuki tahap pengurangan PSBB
Pandu menerangkan, sebetulnya DKI Jakarta sudah mengalami puncak kasus COVID-19 dan saat ini penyebaran virus corona diprediksi akan turun. Namun, angka ini tertahan selama Ramadan karena masyarakat ke luar rumah mencari takjil bahkan baju lebaran.
"Jika mau sedikit bersabar saja, sekarang usai lebaran malah kita tahapan pengurangan PSBB," ungkapnya.
2. Pemda diminta bersikap tegas menertibkan pelaku usaha
Pandu meminta agar pemerintah daerah bersikap tegas dengan turun tangan menertibkan pelaku bisnis. Jika para pebisnis ingin membuka usaha, syaratnya satu yakni harus melakukan protokol kesehatan.
"Jadi diatur saja tidak semua toko dibuka namun separuh-separuh atau secara bergantian, masyarakat juga harus dibatasi atau toko membuka layanan online, sehingga barang diantar ke rumah saja. Lebaranlah dengan suasana prihatin, mau di rumah aja pakai baju baru ya gak apa-apa," ujarnya.
3. Masyarakat yang memegang kendali saat ini
Menurut Pandu, saat ini masyarakat sendiri yang memegang kendali terhadap virus corona atau COVID-19. Dia mencontohkan beberapa daerah yang tidak melaksanakan PSBB, tapi lebih berhasil dalam pengertian kasus.
"Contohnya masyarakat di Bali, mereka memang bagus ya jadi patuh terhadap adat, karena jadi bukan urusan pemerintah, masyarakat lebih tunduk pada penalti adat," ujarnya.
Baca Juga: Kasus COVID-19 Masih Tinggi, Indonesia Belum Siap Relaksasi!