Manfaatkan Teknologi, Bermaaf-maafan Saat Idulfitri di Masa COVID-19 

Tetap silaturahim ya!

Ada yang berbeda di lebaran tahun ini. Selain tidak bisa mudik akibat pandemik COVID-19, hari raya pun terpaksa dilakukan dengan protokol kesehatan jaga jarak atau physical distancing.

Namun sejatinya Idulfitri bukan seremonial. Merayakan kemenangan setelah 30 hari penuh berpuasa, menahan lapar dan emosi, serta saling memaafkan. Ada banyak cara untuk merayakan Idulfitri di tengah pandemik COVID-19, seperti introspeksi diri. 

Baca Juga: Curhat Mahasiswa di Perantauan, Dilarang Mudik dan Kehabisan Uang

1. Munculkan rasa kesadaran diri dan bersabar

Manfaatkan Teknologi, Bermaaf-maafan Saat Idulfitri di Masa COVID-19 youtube.com/BMW Middle East

Psikolog Rumah Sakit Siloam Sriwijaya Palembang, Renny Permataria mengatakan, COVID-19 jangan menjadi alasan untuk tidak berkomunikasi bersama keluarga, saudara, tetangga, dan rekan kerja.

Walau tidak bisa berjumpa dan berkunjung langsung ke rumah mereka. Cara lain dengan silaturahim online, tanpa harus menyinggung dan menimbulkan persepsi berbeda.

"Situasi sekarang, kesadaran diri dan bersabar sangat diperlukan. Seharunya permintaan maaf dilakukan bertatap muka langsung. Namun akibat kondisi, kita harus bisa saling memahami," kata dia.

Memang betul, ketika bertemu bahasa tubuh dan mimik wajah tampak jelas bagaimana seseorang mengekspresikan diri. Sangat berbeda halnya apabila melalui chat atau online.

"Akan tetapi karena keadaan, cukup memberikan kata-kata atau kalimat maaf online tidak masalah. Asal niatkan secara tulus, orang pasti mengerti dengan keadaan sekarang," ujarnya.

2. Tulis kalimat hangat dan permohonan maaf lewat pesan online

Manfaatkan Teknologi, Bermaaf-maafan Saat Idulfitri di Masa COVID-19 unsplash/benwhitephotography

Jika khawatir timbul salah persepsi saat bermaafan waktu chat online, terang Renny, baiknya permintaan maaf langsung disampaikan melalui video call sehingga seseorang langsung tahu mimik wajah kita.

"Karena ada tipe orang tersinggung kalau minta maaf tidak langsung. Apalagi kesalahpahaman bisa terjadi saat membaca kalimat yang tidak sesuai. Kasus ini diharapkan pengertiannya," terang dia.

Renny mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengirim pesan permintaan maaf online. Pertama, pesan ditulis dengan kalimat pembuka yang hangat agar meminimalisir munculnya ketersinggungan.

"Titik koma dalam kalimat yang disampaikan juga dipahami. Karena intonasi dalam membaca, bisa merubah makna dari kalimat," timpalnya.

Baca Juga: Niat dan Cara Salat Idulfitri di Rumah, Wajib Tahu!

3. Rayakan lebaran sesuai dengan kondisi dan keadaan yang terjadi

Manfaatkan Teknologi, Bermaaf-maafan Saat Idulfitri di Masa COVID-19 thetelegraph.co.uk

Lebih lanjut, akan berbeda konteksnya kalau bermaafan tidak dalam situasi pandemik. Kita harus menyampaikan permohonan maaf dengan sengaja menyambangi kediaman sanak dan saudara.

"Waktu normal, bermaafan wajib secara langsung. Kalau tidak, bisa saja menimbulkan permasalahan baru. Misal seseorang akan dicap sebagai pihak yang tidak bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya," jelas dia.

Namun sekarang cara merayakan lebaran tergantung dengan kondisi dan penerimaan sikap seseorang. Melihat keadaan, pasti ada yang bisa memahami dan tidak. Paling penting ungkapan permohonan maaf berasal dari hati yang terdalam.

"Saling pengertian memang perlu, mungkin jarak atau kesibukan aktivitas yang biasa bertemu langsung, terpaksa tertunda," ujar Renny.

Apabila ada yang terlanjur silaturahmi ke rumah saat seperti ini, tetap ingatkan untuk mengikuti protokol kesehatan dengan mencuci tangan menggunakan sabun, memakai masker, berjarak, dan tidak bersentuh fisik saat bersalaman.

4. Rayakan lebaran dengan tidak berjalan-jalan tanpa mengurangi kebahagiaan

Manfaatkan Teknologi, Bermaaf-maafan Saat Idulfitri di Masa COVID-19 indiatvnews.com

Pengamat sosial, Dyah Hapsari Eko Nugraheni menambahkan, perayaan Idulfitri 1441 Hijriyah bagi ekstended family atau keluarga besar yang tinggal dalam satu rumah saat pandemik COVID-19 tentu tidak menghadapi masalah, mereka masih bisa berkumpul bersama.

"Tapi bedanya, meski situasi tidak mengurangi kebahagiaan. Tetap saja mereka tidak bisa bebas leluasa berjalan-jalan seperti biasanya," tambah dia.

Menurut dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya (FISIP Unsri) ini, komunikasi dalam keadaan pandemik mengajarkan masyarakat untuk saling memahami dan pengertian satu sama lain.

"Maksudnya, tunjukkan kesadaran diri ke masyarakat. Karena kebiasaan bagi kita kalau lebaran pasti saling mengunjungi, terutama yang muda ke yang tua. Sekarang karena masyarakat kita sudah menguasai teknologi dengan handphone, tetap jaga silaturahim saling berhubungan walau hanya video call tanpa mengurangi kekhidmatan berbagi," jelas Diah.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan COVID-19 di Sumsel yang Kian Meresahkan

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya