10 Peribahasa Melayu Sangat Bermakna Ini Ajarkan Filosofi Hidup

Melayu menjadi salah satu suku etnik Indonesia yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatra dan sekitarnya. Bahasa yang digunakan pun tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Bahkan banyak sekali persamaan antara kedua bahasa tersebut.
Tak heran jika bahasa Indonesia sering disebut sebagai Bahasa Melayu modern. Sebagai salah satu keragaman budaya, bahasa Melayu juga memiliki peribahasa di kehidupan sehari-hari lho.
1. Kerana mulut badan binasa
Mulut sering dianalogikan dengan panah. Keduanya tidak dapat menarik kembali sesuatu yang sudah dilepas. Mulut mengeluarkan perkataan, sedangkan panah melepaskan anak panah.
Perkataan yang keluar dari mulut hendaknya yang baik dan berguna. Hal tersebut senada dengan peribahasa melayu karena mulut badan binasa yang artinya mendapatkan kecelakaan karena perkataannya.
2. Melentur buluh biarkan dari rebungnya
Buluh merupakan tanaman bambu yang mudah ditemukan di daerah tropis. Karakter seorang anak hampir sama dengan buluh. Bentuknya yang lurus sangat rawan patah apabila mendapat goncangan angin yang kuat. Oleh karena itu, baik bambu ataupun seorang anak harus diberi perlakuan khusus sejak dini.
Tanaman seperti bambu ini memiliki peribahasa lho, yaitu melentur buluh biarlah dari rebungnya yang bermakna mendidik anak sebaiknya dilakukan sejak mereka masih kecil.
3. Katak di bawah tempurung
Peribahasa katak di bawah tempurung memiliki makna seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman hidup yang sedikit. Bak seekor katak yang bersembunyi di balik tempurung, seseorang yang terus mengurung diri di tempat asalnya juga akan minim pengalaman.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya apabila kita mengembara ke daerah lain untuk melihat fenomena baru kemudian mengambil manfaat dan pengalamannya.
Baca Juga: Inspiratif, 6 Peribahasa Daerah Ini Sarat akan Makna Kehidupan
4. Sedia payung sebelum hujan
Sedia payung sebelum hujan, merupakan salah satu peribahasa melayu yang sering kamu dengar bukan? Peribahasa tersebut memiliki makna berjaga-jaga sebelum mendapatkan bencana.
Sudah menjadi hukum alam jika apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Oleh karena itu, Peribahasa tersebut mengajarkan kita untuk waspada dan hati-hati terhadap tindakan yang kita ambil.
5. Bagai kaca terhempas ke batu
Ketika menghadapi masalah yang rumit atau kegagalan terus menerus, biasanya seseorang akan merasa sangat sedih dan kecewa terhadap kenyataan pahit itu.
Hal tersebut sesuai dengan peribahasa melayu bagai kaca terhempas ke batu yang berarti suatu keadaan yang sangat sedih atau kecewa. Sedih dan kecewa itu merupakan hal yang wajar, tetapi jika terus terlarut dalam rasa bersalah sebaiknya dibatasi atau bahkan dihindari.
6. Bara yang digenggam biar sampai jadi arang
Peribahasa bara yang digenggam biar sampai jadi arang memiliki makna ketika mengerjakan sesuatu yang sulit, hendaklah bersabar hingga hal tersebut berhasil.
Peribahasa di atas sangat cocok untuk anak muda zaman sekarang sebab, didalamnya terdapat pesan dan motivasi untuk tekun dan semangat ketika menyelesaikan target yang hendak dicapai.
7. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
Saat kamu duduk di bangku SD, kamu pasti pernah diajarkan oleh guru untuk gotong royong saat membersihkan kelas atau membantu teman ketika sedang kesulitan memahami pelajaran bukan?
Hal tersebut merupakan cerminan dari peribahasa berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Peribahasa itu memiliki makna mengalami susah dan senang bersama-sama.
8. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian
Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan peribahasa melayu ini, yup berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Peribahasa tersebut memiliki makna yang sangat mendalam.
untuk mendapatkan kesuksesan di masa depan, kita harus bersusah payah terlebih dahulu. Kurang lebih, begitulah makna peribahasa di atas. Segala sesuatu yang hendak dicapai harus ada pengorbanan di dalamnya.
9. Sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit
Ketika kamu masih kecil, ibu pasti pernah menyuruh kamu untuk belajar menabung bukan? Hal itu sesuai dengan peribahasa melayu, sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit.
Peribahasa tersebut mengajarkan kita untuk sabar dalam mengerjakan sesuatu hingga tuntas. Pekerjaan yang dilakukan dengan sabar dan tekun, pasti akan mendapatkan hasil yang sepadan dengan kerja kerasnya.
10. Buangkan yang keruh, ambil yang jernih
Peribahasa buangkan yang keruh, ambil yang jernih memiliki makna membuang hal yang buruk dan mengambil hal yang baik.
Peribahasa di atas juga bisa berarti memulai kehidupan yang baru, dimana kamu akan memperbaiki segala kesalahan yang pernah kamu lakukan sebelumnya.
Nah itu dia sepuluh peribahasa melayu yang penuh dengan filosofi kehidupan. Kamu pernah dengar peribahasa yang mana, nih?
Baca Juga: 5 Peribahasa Jawa ini Mengandung Kata 'Asu', Tapi Bukan Makian Lho!
Artikel ini pertama kali ditulis oleh Angra Eni Saepa di IDN Times Community dengan judul Ajarkan Filosofi Hidup, Ini 10 Peribahasa Suku Melayu yang Penuh Makna