Tren Ukir Kayu di Palembang, Manfaatkan Keahlian Jadi Peluang Bisnis 

Harga jual berkisar Rp2,5 - 7 juta

Palembang, IDN Times - Industri mengukir kayu perlahan jadi tren di Palembang. Seperti teknik ukir kayu, yang membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat dengan menghasilkan produk berkualitas.

Bermula dari budaya yang berkembang, keterampilan ukir kayu melekat di Bumi Sriwijaya karena pengaruh peradaban. Bahkan hasil mencukil papan dapat mendulang keuntungan dan jadi sektor usaha menjanjikan.

"Sudah lima tahun menjalani ini, dan Alhamdulillah setiap bulan pasti ada pesanan," ujar Ernawati, pemilik Ukiran Mahesa Palembang di Lorong Anggrek Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami, Minggu (8/11/2020).

1. Belajar ukir kayu selama tiga bulan

Tren Ukir Kayu di Palembang, Manfaatkan Keahlian Jadi Peluang Bisnis Teknik ukiran kayu motif bunga mawar khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menurut perempuan asal Jawa ini, bisnis ukir kayu menyokong kehidupan dia sehari-hari. Berawal dari hanya bekerja dengan orang lain, kini dirinya bersama suami sukses memiliki tempat usaha produk ukiran khas Palembang.

"Belajar ngukir tiga bulan, setelah bisa langsung ikut bekerja. Alhamdulillah, meneruskan usaha milik orang terdahulu yang pindah, sekarang buat lemari sendiri, meja hias, akuarium dan produk ukiran lain," katanya.

Terbuat dari kayu trembesi, barang ukiran khas Palembang yang ia produksi bermotif bunga mawar, dibalut cat warna emas, hitam, dan merah tua dengan olesan pernis sebagai ciri ukiran asal Kota Pempek.

"Sebutannya kalau di sini ukiran rek. Khas ukiran Palembang ada motif mawar sebagai mahkota, biasanya di atas kalau untuk lemari. Terus untuk pintu bawah namanya fanil," jelas dia.

Baca Juga: 7 Fakta Sultan Mahmud Badaruddin II, Pejuang Palembang yang Dilukis

2. Ukiran khas Palembang dominan warna keemasan

Tren Ukir Kayu di Palembang, Manfaatkan Keahlian Jadi Peluang Bisnis Teknik ukiran kayu motif bunga mawar khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Secara umum, gaya ukir asal kota berjuluk 'Venesia dari Timur' jelas terlihat dari dekoratif teknik ukiran rendah, tinggi dan tembus (terawang), dengan warna dominan keemasan yang memberi kesan mewah. Serta tampilan menonjol yang lebih mengilap.

"Memang khasnya ukiran Palembang cuma tiga warna yakni hitam, emas dan merah, dengan macam-macam produk. Tiap pekerja memiliki tugas yang berbeda Ada yang mengukir, gambar pola, potong papan dan mengecat," tutur Ernawati.

Menawarkan harga jual variatif, produk ukirannya dibandreol mulai dari Rp2,5 hingga Rp7 juta, tergantung tingkat kesulitan dan ukuran per set. Biasanya dalam satu set, Ernawati menjual sepasang barang. Seperti satu meja dan satu kursi untuk meja hias.

"Ambil kayu trembesi dari Sekayu. Harus trembesi karena kuat kalau untuk diukir. Sekali kayu masuk itu sekubik balok, untuk satu set produk bisa dibuat 7-10 hari. Kita juga jual ke luar kota, pernah ke Baturaja dan Karawang," tambah dia.

3. Ukir kayu dibuat manual pakai pola gambar

Tren Ukir Kayu di Palembang, Manfaatkan Keahlian Jadi Peluang Bisnis Teknik ukiran kayu motif bunga mawar khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Mengikuti perkembangan bisnis, Ernawati mulai menjajakan produk secara online. Pilihan jenis ukiran kayu khas Palembang tersebut dapat dipesan melalui akun Instagram @ukiran.palembang. Sejauh ini kata dia, sudah ada sejumlah karyawan yang bekerja sama membantunya mempercepat hasil produksi.

Seperti Abdul Gani, sosok pengukir kayu khas Palembang yang sudah tujuh tahun bekerja dalam industri tersebut. Sejak pukul delapan pagi hingga sore hari, ia mampu mengukir empat papan kayu lemari dengan pola bunga mawar.

"Buatnya manual, ada yang pola digambar dulu, dan ada yang langsung diukir karena sudah hafal motif. Saya awalnya belajar biar ada keahlian. Karena kerja begini sudah turun menurun," ujar Gani.

Kendati berkembang cukup baik, sektor ukir kayu tak luput terdampak pandemik COVID-19. Selain omzet yang menurun, beberapa karyawan pun bergantian bekerja karena pemesanan ukiran yang ikut merosot.

"Normalnya pesanan setiap bulan sampai 20 unit, sekarang cuma 10 kadang gak sampai. Berkurang sampai 50 persen," tandas dia.

Baca Juga: 5 Tempat Mi Celor Populer di Palembang, Rasanya Khas Banget!

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya